Kredit Foto: Antara/Henry Purba
Transformasi digital dalam sektor keuangan menjadi salah satu pendorong utama efisiensi dan inklusi ekonomi Indonesia menjelang 2026. Hal ini terjadi seiring adopsi cashless society yang semakin masif di masyarakat dan dunia usaha. Data internal Bank Mandiri menunjukkan penggunaan pembayaran non-tunai telah menembus lebih dari 60 persen transaksi ritel di berbagai sektor, termasuk transportasi, ritel dan hiburan.
Paparan ini disampaikan oleh Andre Simangungsong, Kepala Mandiri Institute, dalam forum Public and Business Leader Forum: 2026 Outlook & Challenges yang digelar Universitas Brawijaya di Jakarta. Andre menekankan bahwa digitalisasi tidak hanya mempermudah pembayaran, tetapi juga mendorong efisiensi operasional dan membuka akses pendanaan untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan perusahaan besar.
Baca Juga: Kopra by Mandiri Hadirkan Inovasi Percepat Pembiayaan Pelaku Usaha
“Indonesia sudah menjadi cashless society. Dari pembayaran sehari-hari hingga transaksi besar, penggunaan kartu debit dan kredit meningkat pesat. Digitalisasi ini mempercepat aliran modal, membantu usaha lokal dan menciptakan revenue stream baru bagi sektor keuangan,” kata Andre, Sabtu (13/12/2025).
Bank Mandiri telah mengimplementasikan berbagai produk digital untuk segmen berbeda misalnya Livin untuk individu dengan 35 juta pengguna aktif, Livin Merchant untuk UMKM dengan lebih dari 3 juta merchant terhubung, serta Kopra untuk perusahaan besar dan wholesale.
Fungsi utama produk ini bukan sekadar memfasilitasi pembayaran, tetapi juga membantu UMKM dan perusahaan memantau arus kas, mencatat keuntungan harian serta menghubungkan rantai pasok secara real-time.
Andre menambahkan, digitalisasi dan inklusi keuangan memiliki korelasi langsung dengan pertumbuhan ekonomi. Dengan pembayaran elektronik, arus transaksi menjadi lebih transparan, efisien, dan dapat meminimalkan risiko likuiditas. Hal ini sejalan dengan tren global menuju penggunaan teknologi finansial untuk meningkatkan produktivitas ekonomi.
“Go digital harus diikuti dengan go bankable. Artinya, UMKM dan bisnis yang terhubung ke ekosistem digital juga harus memiliki akses ke pembiayaan agar dapat tumbuh berkelanjutan,” ujarnya.
Forum ini menyoroti pula integrasi digitalisasi dengan tren pembiayaan berkelanjutan. Andre mencatat bahwa perusahaan yang sudah menerapkan strategi Environmental, Social and Governance (ESG) dan digitalisasi memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan pembiayaan hijau dan sosial, sekaligus memperkuat posisi kompetitif di pasar.
Baca Juga: Nasib Pelaku UMKM Korban Kericuhan di TMP Kalibata, Begini Kata Gubernur Pram
Seiring dengan meningkatnya penetrasi fintech, mobile banking dan super apps, digitalisasi keuangan dipandang sebagai salah satu mesin utama pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam lima tahun ke depan, sekaligus memperkuat inklusi finansial, efisiensi bisnis, dan pemantauan keuangan publik.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement