Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) berencana memperkuat integrasi hulu ke hilir dengan masuk ke dalam kepemilikan tambang bauksit milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Langkah ini merupakan bagian dari mandat untuk memastikan kedua perusahaan pelat merah tersebut mengelola rantai pasok alumina secara bersama-sama.
Group Head Business Inalum, Al Jufri, menjelaskan bahwa skema yang akan diambil bukanlah pengambilalihan penuh, melainkan kepemilikan porsi minoritas pada anak usaha pertambangan Antam.
Baca Juga: Inalum Buka-bukaan: Bauksit Diekspor US$ 40, Balik Jadi Aluminium US$ 2.900
"Sebenarnya akuisisi bukan ambil 100 persen, bukan gitu. Kita kelola bareng-bareng. Inalum kalaupun masuk ke satu atau dua anak usaha pertambangan bauksit, itu porsi-porsi minoritas aja di situ. Sama-sama memiliki, Antam punya porsi saham, Inalum juga ada, tapi pengendali tetap di Antam," ujar Al Jufri di Jakarta, Kamis (18/12/2025).
Sinergi Operasional
Menurut Al Jufri, langkah ini bertujuan untuk menciptakan keseimbangan pengendalian antara sisi tambang dan pabrik pemurnian (refinery). Ia menyebutkan pola kerja sama ini akan serupa dengan proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah yang juga dikelola bersama oleh Inalum dan Antam melalui PT Borneo Alumina Indonesia.
"Kalau ditanya kenapa (akuisisi), biar sama-sama saling mengendalikan kira-kira. Antam juga ikut serta bareng-bareng. Sama kayak ini, alumina refinery ini, ada porsi Antam, ada porsi Inalum," tuturnya.
Ia menambahkan, keterlibatan Inalum di sisi hulu juga bertujuan untuk berbagi risiko operasional atau sharing pain. "Di mining juga harapannya bisa bareng-bareng juga kelolanya. Kita nggak pengen kalau kita sudah untung di sini (hilir), di sana dia ada pain. Bareng-bareng lah gitu," tambahnya.
Baca Juga: INALUM Produksi 500 Ribu Bibit Pohon per Tahun untuk Konservasi Danau Toba
Dua Tambang di Kalimantan
Saat ini, Inalum tengah mengincar dua tambang bauksit yang berlokasi di Kalimantan. Proses tersebut masih dalam tahap kajian dan uji tuntas. Transaksi ini dipastikan akan menggunakan mekanisme business to business (B to B) berdasarkan kesepakatan nilai valuasi antara penjual dan pembeli.
Mengenai target waktu, Inalum berharap proses akuisisi ini dapat rampung pada paruh pertama tahun depan. "Targetnya di 2026 ini. Kuartal kedua harapannya," kata Al Jufri.
Meski demikian, besaran nilai investasi maupun persentase spesifik saham yang akan dibeli belum ditetapkan. Al Jufri menegaskan bahwa fokus utamanya adalah Inalum tetap sebagai pemegang saham minoritas. "Belum ada diputuskan (angkanya). Intinya kita bukan pengendali, yang sudah firm kita di situ minoritas," pungkasnya.
Rencana ini sejalan dengan pernyataan Direktur Utama Inalum Melati Sarnita dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI sebelumnya.
Baca Juga: Tak Sekedar Industri, Bos Inalum Beberkan Strategi 'Jaga' Napas Danau Toba
Melati menyebutkan bahwa Inalum sedang melakukan due diligence untuk membeli salah satu IUP Antam yang lokasinya paling dekat dengan fasilitas PT Borneo Alumina Indonesia guna mengoptimalkan efisiensi produksi.
“Kami lagi proses due diligence untuk mencoba membeli salah satu IUP Antam yang paling dekat dengan PT BAI (Borneo Alumina Indonesia),” ujar kata Melati saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI di parlemen, Jakarta, Senin (29/9/2025).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo
Tag Terkait:
Advertisement