- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Tak Sekedar Industri, Bos Inalum Beberkan Strategi 'Jaga' Napas Danau Toba
Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
PT Inalum (Persero) mempertegas komitmennya dalam menjaga kelestarian ekosistem Danau Toba melalui penguatan strategi konservasi dan pemberdayaan masyarakat. Langkah ini diambil menyusul kian tingginya fluktuasi debit air dan ancaman kerusakan lahan di Daerah Tangkapan Air (DTA) yang berdampak langsung pada stabilitas pasokan energi perusahaan.
Kepala Grup Layanan Strategis Inalum, Daniel J.P. Hutauruk, menyatakan bahwa sejak beralih menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Inalum memprioritaskan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) sebagai mandat negara. Salah satu langkah strategis yang dilakukan adalah pembentukan departemen khusus yang fokus pada konservasi lingkungan.
"Kami menyadari adanya dinamika air yang kini sulit diprediksi akibat perubahan iklim global serta adanya sekitar 250.000 hektar lahan kritis di DTA, termasuk di Pulau Samosir. Hal ini membuat Inalum harus bergegas mengatur pola operasi agar ketinggian air tetap terjaga di level 902,5 hingga 905 meter di atas permukaan laut (mdpl)," ujar Daniel dalam Media Gathering Inalum di Jakarta, Selasa (16/12/2025).
Baca Juga: Jelang Usia Emas, Inalum Alihkan Anggaran Hiburan HUT ke-50 untuk Bantuan Bencana di Sumatera
Stabilitas debit air Danau Toba merupakan faktor krusial bagi kelangsungan operasional pabrik peleburan aluminium Inalum. Saat ini, seluruh kebutuhan energi perusahaan disokong oleh dua Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di sepanjang Sungai Asahan, yakni PLTA Sigura-gura dan PLTA Tangga.
Kedua pembangkit tersebut memiliki total kapasitas terpasang sebesar 603 Megawatt (MW). Listrik yang dihasilkan dari aliran air Danau Toba inilah yang menjadi urat nadi produksi aluminium nasional. Gangguan pada ketersediaan air akibat kerusakan lingkungan secara langsung akan mengancam efisiensi dan target produksi perusahaan.
Untuk mengatasi kerusakan lahan, Inalum kini mengoperasikan fasilitas pembibitan modern dengan kapasitas produksi mencapai 500.000 bibit pohon per tahun. Fasilitas ini mendukung target penanaman pohon seluas 500 hingga 1.000 hektar setiap tahunnya.
Namun, Daniel menekankan bahwa upaya ini tidak bisa dilakukan sendiri. Mengingat luasnya lahan kritis, dibutuhkan waktu yang sangat lama jika hanya mengandalkan satu pihak. Oleh karena itu, Inalum mendorong kolaborasi lintas sektor yang melibatkan pemerintah, TNI/Polri, aktivis lingkungan, hingga masyarakat lokal.
Baca Juga: Inalum Genjot SDM Kompetitif Lewat ICLF 2025
"Kami ingin gerakan ini menjadi gerakan sosial. Kami tidak hanya sekadar menanam, tetapi juga merawat. Saat ini, tingkat keberhasilan tumbuh tanaman kami mencapai 90 persen," kata Daniel.
Selain menanam pohon keras untuk fungsi ekologis, Inalum juga membagikan bibit pohon produktif atau tanaman buah kepada masyarakat. Strategi ini diharapkan memberikan nilai ekonomis bagi warga sehingga mereka turut menjaga lahan tersebut dari pembalakan liar atau alih fungsi lahan.
Mitigasi Kebakaran
Tantangan lain yang dihadapi adalah tingginya risiko kebakaran hutan di kawasan Danau Toba, terutama saat musim kering. Daniel menyoroti adanya kearifan lokal yang keliru di sebagian masyarakat, yakni membakar lahan dengan harapan asapnya akan memicu turunnya hujan.
"Budaya ini seringkali menjadi bumerang karena faktor angin yang tidak bisa dikendalikan, sehingga api merembet luas. Tahun 2023 lalu, dari 500 hektar yang kami tanam, hampir 100 hektar terbakar," ungkapnya.
Baca Juga: Industri Aluminium Menguat, Inalum Siapkan Ekspansi Besar 2026
Sebagai langkah mitigasi, Inalum telah membentuk kelompok masyarakat Manggala Agni di lima desa. Kelompok ini diberdayakan untuk mengawasi dan memadamkan api secara dini di wilayah mereka masing-masing guna memastikan ekosistem penyangga air Danau Toba tetap terjaga.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo
Tag Terkait:
Advertisement