Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Disebut Bakal Jabat Menkeu, Chatib Basri Dituding Neolib

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Berbagai kalangan meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk merombak kabinetnya setelah usai berjalan selama hampir tujuh bulan. Desakan reshuffle terutama untuk merombak pos kementerian ekonomi pun semakin kencang digulirkan.

Nama M Chatib Basri pun santer disebut agar kembali masuk di pos lamanya menjadi menteri keuangan. Chatib yang juga pernah menjadi menteri keuangan digadang-gadang masuk kabinet kembali demi perbaikan kinerja pemerintah saat ini di bidang ekonomi.

Kendati demikian, Presiden Jokowi diharapkan untuk tidak bertindak gegabah dengan menarik Chatib masuk kabinet kembali. Hal itu karena dikhawatirkan Chatib akan menjauhkan kebijakan pemerintah dari cita-cita Trisakti dan Nawacita.

Peneliti Lingkar Studi Perjuangan Agus Priyanto menilai prestasi Chatib saat jadi menteri keuangan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak menunjukkan prestasi. Agus menilai Chatib lebih memanjakan pasar daripada kepentingan rakyat luas.

"Chatib Basri yang sudah dikenal luas dengan pernyataannya tentang 'kantongi nasionalismu'. Ini jelas-jelas akan bertentangan dengan cita-cita Trisakti dan Nawacita yang mengharapkan kehadiran peran negara di tengah-tengah rakyatnya," ujar Agus di Jakarta, Senin (13/7/2015).

Agus merunut rekam jejak Chatib selama menjabat di beberapa posisi. Selama menjadi komisaris di Astra, lanjut Agus, sosok dosen UI itu dinilai memiliki rekam jejak yang kontraproduktif bagi sektor transportasi publik.

"Ketika sebagai menkeu menurunkan tarif impor komponen dan spareparts untuk industri mobil kutu atau LCGC (low cost green car). Akibatnya, penjualan mobil kutu di dalam negeri melonjak dari nol menjadi 150.000 unit hanya untuk tahun 2014," pungkasnya.

Akibatnya kebijakan itu adalah melonjaknya impor komponen dan spareparts LCGC sehingga current account deficit makin besar. Chatib juga dituding meninggalkan quatro deficits yang terdiri dari defisit neraca perdagangan, defisit neraca pembayaran, defisit transaksi berjalan, dan defisit APBN.

"Rupiah pun semakin rontok dan Chatib mewariskan masalah quatro deficits kepada Jokowi," ulas Agus.

Karenanya, Agus juga mengingatkan Presiden Jokowi bahwa Chatib merupakan ekonom produk asli neoliberal yang membenci nasionalisme. Karenanya, wajar bila muncul anggapan bahwa Chatib merupakan ekonom yang anti-Trisakti dan bahkan tak memiliki jiwa nasionalisme.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ferry Hidayat
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: