Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gerindra: Kasus 'Dwelling Time' Itu Permainan Sistematis

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VI Heri Gunawan menilai kasus dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pola "permainan" yang sistematis. Menurutnya, sinyalemen adanya permainan bongkar muat peti kemas itu terbukti dari ditetapkannya oknum pejabat sampai pekerja harian lepas (PHL) di Kementerian Perdagangan serta importir oleh Polda Metro Jaya dalam kasus yang sama.

Menurutnya, banyak oknum yang mempunyai celah korupsi di semua proses. Mulai dari proses pengurusan izin impor sampai clearance yang menjadi bagian tahapan dwelling time.

"Lubang-lubang itulah yang kemudian memberi dampak pada lamanya proses bongkar muat sampai keluar pelabuhan. Masa tunggu atau dwelling time itu bisa mencapai 5,5 hari," kata Heri saat dihubungi di Jakarta, Senin (3/8/2015).

"Sebagai contoh, barang-barang impor yang belum mendapat izin dari kementerian/lembaga dibiarkan berlarut-larut di Terminal Peti Kemas (lini satu) sehingga menjadi beban dwelling time. Mestinya barang-barang yang tidak berizin itu, segera dipindahkan ke Tempat Penimbunan Sementara/TPS (lini dua) agar tidak menjadi beban dwelling time," imbuhnya.

Politisi Gerindra itu menilai praktik korup itu terkesan dibiarkan. Akhirnya, siklus barang yang buruk itu menjadi problem berlarut-larut dan merugikan. Masalah itu menjadikan Indonesia masih bermasalah serius dengan tata kelola logistik. Berdasarkan data Bank Dunia, peringkat performance logistic index (LPI) Indonesia masih buruk (peringkat 53).

"Bandingkan dengan negara-negara ASEAN lain seperti Malaysia (posisi 25), Thailand (posisi 35), bahkan Singapura bisa mencapai peringkat lima dunia. Ini jelas memprihatinkan," pungkasnya.

Dia meminta pemerintah dan pihak-pihak seperti Kemendag, Kemenperin, BKPM, serta institusi terkait Bea dan Cukai, Sucofindo, dan lainnya, tidak boleh hanya diam dan saling lempar tanggung jawab.

"Mereka yang paling bertanggung jawab atas lamanya dwelling time di pelabuhan-pelabuhan," tandasnya.

Dia menilai akibat kacaunya siklus barang dan manajemen dwelling time yang buruk akhirnya berdampak pada waktu pengiriman yang berlarut-larut dan ujungnya berdampak pada tingginya biaya.

"Harga jual produk akan lebih mahal karena pengusaha harus membayar biaya tambahan seperti biaya penyimpanan. Ujungnya, harga produk tidak pernah bisa bersaing. Kerugian finansial yang disebabkan dwelling time juga tidak kecil. Bisa mencapai Rp 3.000 triliun akibat manajemen yang buruk," tandasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ferry Hidayat
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: