Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dolar Melemah di Perdagangan Asia

Oleh: ,

Warta Ekonomi -

WE Online, Tokyo -  Kurs dolar melemah terhadap yen dan euro di perdagangan Asia, Senin (31/8/2015), tertekan kekhawatiran bahwa kelesuan ekonomi Tiongkok bisa menyeret pertumbuhan global, membalikkan reli yang dipicu oleh harapan kenaikan suku bunga AS pada September.

Dolar juga melemah terhadap rupiah Indonesia. Pada perdagangan sore di Tokyo, dolar merosot menjadi 121,10 yen dari 121,52 yen pada Jumat sore di New York. Euro naik menjadi 1,1249 dolar dan 136,24 yen dibandingkan dengan 1,1188 dolar dan 135,97 yen di perdagangan AS.

Berbicara pada akhir pekan di sela-sela simposium bank sentral yang digelar The Fed di Jackson Hole, wakil ketua Federal Reserve Stanley Fischer mengakui bahwa gejolak yang berakar di Tiongkok telah mengangkat beberapa pertanyaan tentang situasi ekonomi, sekalipun data AS tetap baik.

"Perubahan dalam situasi yang dimulai dengan devaluasi (yuan) Tiongkok relatif baru dan kami masih memantau bagaimana perkembangannya. Jadi saya tidak ingin mendahului dan memutuskan sekarang (tentang kenaikan suku bunga September)," katanya dalam sebuah wawancara dengan CNBC.

"Kami punya waktu sedikitnya lebih dari dua minggu sebelum kami membuat keputusan dan kami sudah punya waktu untuk menunggu dan melihat data yang masuk serta melihat apa sebenarnya, apa yang sedang terjadi saat ini dalam perekonomian." Pernyataan Fischer diambil sebagai tanda bahwa bank sentral AS masih mempertimbangkan kenaikan tingkat suku bunga pada bulan depan.

Suku bunga yang lebih tinggi cenderung meningkatkan dolar karena investor mencari aset-aset dengan imbal hasil lebih tinggi. Tetapi pada Senin kekhawatiran baru tentang Tiongkok muncuk ketika pasar menunggu rilis data manufaktur minggu ini.

Beberapa ekonom memperkirakan kontraksi dalam kegiatan manufaktur pada Agustus, yang akan menjadi yang pertama sejak Februari, menurut Bloomberg News.

"Kami tidak ragu bahwa volatilitas pasar keuangan akan memiliki banyak atau lebih banyak hubungan daripada volatilitas data ekonomi pada keputusan kebijakan The Fed 17 September," kata National Australia Bank dalam sebuah komentar.

"Dalam hal ini kita harus curiga bahwa kebangkitan yang kuat dalam harga saham Tiongkok akan bertahan." Saham-saham Shanghai telah tenggelam 2,61 persen pada istirahat Senin. Indeks merosot lebih dari 16 persen dari Senin hingga Rabu pekan lalu sebelum berbalik 10 persen dalam dua sesi berikutnya.

Dolar sebagian besar menguat terhadap mata uang Asia-Pasifik. Unit AS meningkat menjadi 1,4130 dolar Singapura dari 1,4027 dolar Singapura pada Jumat, menjadi 46,78 peso Filipina dari 46,64 peso, dan menjadi 1.182,89 won Korea Selatan dari 1.175,90 won.

Greenback juga naik menjadi 32,55 dolar Taiwan dari 32,28 dolar Taiwan, menjadi 35,89 baht Thailand dari 35,85 baht dan menjadi 66,32 rupee India dari 66,08 rupee, sementara itu melemah menjadi 14.029 rupiah Indonesia dari 14.038 rupiah.

Dolar Australia turun menjadi 71,54 sen AS dari 71,68 sen AS, sedangkan yuan Tiongkok diambil 18,99 yen terhadap 18,93 yen. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Achmad Fauzi

Advertisement

Bagikan Artikel: