Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengamat: SBDK BTN Tinggi Cermin Inefisiensi

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Suku bunga dasar kredit KPR BTN sebesar 11,5 persen (akhir Mei 2014) atau lebih tinggi dibandingkan bank-bank nasional lain menjadi salah satu indikator bank tersebut tidak efisien, kata seorang pengamat.

Pengamat Perbankan Reagy Sukmana di Jakarta, Minggu (6/7/2014), mengatakan kondisi BTN yang tidak sehat membuat bank ini memiliki suku bunga lebih tinggi dibandingkan bank-bank lainnya.

"Dana pihak ketiga dari BTN adalah dana mahal. Dana itu diambil karena BTN membutuhkan likuiditas, belum lagi rasio kredit bermasalah (NPL) BTN yang tinggi," ujar dia.

SBDK KPR bank-bank lain seperti Bank Central Asia (BCA) hanya 10,5 persen, BRI 10,25 persen, Bank Mandiri 11 persen, dan BNI 11,1 persen. Baik BRI, BNI, maupun Bank Mandiri belum menaikkan suku bunga dasar kreditnya sejak Desember 2013, kecuali BCA yang menaikkan SBDK pada Januari 2014, dari 9,5 persen menjadi 10,5 persen dan BTN dari 11 persen menjadi 11,5 persen pada Februari 2014.

Reagy menilai, BTN akan sulit menurunkan suku bunga karena jika dilihat dari laporan keuangannya, BTN memiliki kredit macet yang cukup tinggi dan dana pihak ketiga yang mencapai kisaran Rp90 triliun didominasi dana mahal, sehingga biaya dana (cost of fund) tinggi membuat bank ini mengalami inefisiensi.

Hal itu terjadi karena besarnya porsi dana mahal (deposito) BTN dibandingkan dana murah (tabungan dan giro). Ketika ditanya kemungkinan turunnya SBDK BTN, Reagy mengaku pesimistis.

"Porsi deposito dari dana pihak ketiganya cukup besar, rasanya mustahil (SBDK) akan turun," kata dia.

Ditambahkan Reagy, belum lagi fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan/FLPP untuk rumah tapak yang akan dihapuskan oleh pemerintah mulai tahun depan. Hal ini diyakini akan memukul BTN. "Sudah pasti akan menggerus pangsa pasar BTN," jelasnya.

Dia pesimistis BTN dapat bersaing dengan bank lainnya jika kondisinya masih seperti sekarang ini. "Bank kita banyak dan banyak yang menawarkan suku bunga KPR yang lebih rendah dari BTN," lanjutnya.

Menurut Reagy, guna menyelesaikan masalah backlog perumahan pun, BTN pasti akan kesulitan mengingat keterbatasan permodalan dan likuiditasnya. Reagy berharap agar pemerintahan baru nanti segera menjalankan konsolidasi perbankan. Dengan konsolidasi, BTN akan mampu mendapatkan dana murah dari Bank Mandiri yang berlimpah ruah, sehingga bisa membuat BTN mampu memberikan SBDK yang lebih murah.

Namun, untuk mengarahkan bank-bank agar lebih efisien, pelaksanaannya harus dilakukan secara bertahap. Selain efisiensi, perbankan juga perlu terus meningkatkan permodalannya.

Sementara itu Chairman MECODEstudies Mangasa Augustinus mengatakan, data SBDK yang dipublikasikan oleh pihak bank, tujuan utamanya adalah untuk memperlihatkan kepada publik bank mana yang efisien dan mana yang tidak.

"Kalau dia lebih tinggi, berarti tidak efisien. Jadi sebenarnya ini merupakan indikator efisiensi," ujarnya.

Mangasa berpendapat, konsolidasi perbankan jelas akan mempengaruhi efisiensi, karena akan membuat ekuitas suatu bank lebih besar, daya saing dan finansialnya menjadi lebih kuat pula. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: