Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Legislator: Kekeringan Ancam Produksi Pertanian

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta -  Anggota DPR RI Komisi IV Rofi Munawar meminta antisipasi Kementerian Pertanian lebih serius terhadap ancaman kekeringan, karena secara faktual kondisi tersebut akan mempengaruhi capaian produksi pangan nasional. Tahun lalu, tercatat 30 ribu hektar sawah mengalami kegagalan panen. Tahun ini dampak El Nino sebabkan musim kemarau lebih panjang.

"Dalam beberapa tahun terakhir ini pergeseran musim hujan menyebabkan bergesernya musim tanam dan panen komoditi pangan, sehingga kekeringan telah menyebabkan gagal tanam, gagal panen, dan bahkan menyebabkan puso. Kondisi tersebut akhirnya menyebabkan kelangkaan pangan di pasaran dan telah membuat harga mengalami kenaikan cukup signifikan," ungkap Rofi Munawar dalam keterangan pers pada hari Rabu (29/7/2015).

Kekeringan diperkirakan akan berlangsung hingga awal Oktober di Wilayah Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Situasi tersebut akan mengancam ratusan lahan pertanian mengalami kegagalan panen, saat ini saja lebih dari 4000 hektare lahan pertanian di daerah Cirebon gagal tanam dan luas areal tanaman padi yang terancam kekeringan tingkat parah di Kabupaten Indramayu sudah mencapai 19.175,5 hektare akibat kekurangan air. 

Rofi mengingatkan, suhu tinggi atau kekeringan dapat menyebabkan bencana untuk lahan pertanian. Mengingat perubahan suhu dan kelembaban udara juga dapat memicu perkembangan dan ledakan hama dan penyakit tanaman. Dampaknya, kekeringan yang berkepanjangan akibat dari pengelolaan air yang tidak baik dan kapasitas yang rendah akan mengakibatkan penurunan produksi yang signifikan. Bahaya penurunan produksi ini dapat mengakibatkan secara langsung maupun tidak langsung terhadap penurunan kesejahteraan petani serta penurunan pasokan pangan yang merupakan bagian dari ketahanan pangan.

"Pemerintah harus segera melakukan deteksi dini dengan mengidentifikasi bidang pertanian, sistem produksi, dan populasi yang paling bahaya, rentan, dan berisiko terhadap perubahan iklim. Untuk kemudian di lakukan langkah-langkah cepat dan adaptif untuk mengurangi resiko yang lebih besar," tegasnya.

Persoalan kekeringan secara simultan tidak bisa diselesaikan dalam jangka pendek, mengingat hal ini terjadi akibat kondisi iklim secara global. Namun demikian, ada banyak cara untuk mengantisipasinya baik jangka pendek, menengah maupun panjang. Seperti, optimalisasi pemanfaatan lahan tadah hujan dengan revitalisasi jaringan irigasi dan penghijauan, alih teknologi produksi dan strategi tanam (waktu maupun komoditas), serta membuka lahan pertanian baru dengan memperhatikan konservasi lahan dan tidak mengganggu fungsi-fungsi lingkungan dan hutan lindung.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat kekeringan atau kemarau yang terjadi di Indonesia tahun ini akibat diikuti fenomena El Nino. Akibatnya, kemarau terasa lebih kering dan awal musim hujan mundur.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Achmad Fauzi
Editor: Achmad Fauzi

Advertisement

Bagikan Artikel: