Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ewindo-Superindo Kerja Sama Dukung Kesejahteraan Petani

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - PT East West Seed Indonesia (Ewindo) perusahaan benih sayuran hybrida menggandeng Superindo (PT Lion Super Indo) untuk membuka akses pasar hasil pertanian sebagai upaya mendukung kesejahteraan petani binaan.

"Kerja sama ini saling menguntungkan, bagi petani produksinya dapat langsung dipasarkan, sedangkan bagi Superindo mendapatkan sayuran segar dengan harga murah, sesuai moto kami, 'lebih segar, lebih hemat, lebih dekat," kata vice President Superindo, Wirawan Winarto di Jakarta, Selasa (31/5/2016).

Wirawan juga mengatakan kerja sama ini akan mempersingkat rantai distribusi karena petani dapat langsung menjual produknya kepada perusahaan ritel modern, tanpa harus melalui perantara.

Kemudian untuk menjembatani petani dengan Superindo, juga menggandeng Bank BNI untuk pembiayaan kepada petani sehingga pembayaran yang seharusnya tempo dapat dipersingkat melalui fasilitas ini, jelas Wirawan.

Wirawan mengatakan sebagai tahap awal hasil produksi petani binaan Ewindo ini akan dipasarkan di wilayah Jakarta yang jumlahnya 72 cabang, dari nasional sebanyak 130 cabang.

General Manager BNI, Welan Palilingan mengatakan, kehadiran BNI di sini untuk memperkuat aliran dana dan aliran barang dengan demikian akan tercipta pola bisnis yang saling menguntungkan.

Welan mengatakan perbankan menjembatani pendanaan karena bagi petani uang tunai yang diperoleh dalam waktu cepat akan sangat berarti untuk dipergunakan menutup biaya produksi seperti pengadaan pupuk, tenaga kerja dan lain sebagainya.

"Yang kami biayai dalam kerja sama ini uang petani yang masih dalam bentuk tagihan/ faktur agar dapat segera dicairkan," ujar Welan.

Lebih jauh Managing Director Ewindo, Glenn Pardede mengatakan rantai distribusi dari petani sampai ke pasar sangatlah panjang hal ini yang membuat produk pertanian menjadi mahal serta tidak segar lagi.

"Seperti daging untuk steak kondisinya lebih mahal kalau beli daging mentah di supermarket kemudian dimasak sendiri daripada datang langsung ke restoran dan beli steak," kata Glenn menjelaskan.

Glenn mengatakan, kerja sama petani, riteler, dan perbankan merupakan model yang sangat menguntungkan bagi semua pihak, namun apabila model ingin terus berjalan harus ada "trust" (kepercayaan) pada masing-masing pelaku.

Glenn mengatakan harga benih hybrida yang dipasok Ewindo hanya empat persen dari keseluruhan biaya produksi petani, namun karena merupakan benih unggul maka produksinya sangat menguntungkan petani karena selain masa panen lebih cepat juga lebih tahan penyakit.

Naiknya harga bawang merah yang terjadi saat ini lebih disebabkan rantai distribusi, mengingat petani di sentra produksi tidak menikmati kenaikan tersebut. Bagi petani berapapun harganya mereka akan jual meskipun hanya untung sedikit, jelas Glenn.

Lebih jauh Ketua Kelompok Tani asal Majalengka Fachrudin mengatakan produksi cabai dan sayuran lainnya dipasok ke gudang Superindo di Cikarang berdasarkan perintah order (PO), setelah itu akan mendapatkan faktur yang dikirim ke kantor pusat Superindo, kemudian uang hasil penjualan akan ditransfer ke rekening.

Fachrudin mengatakan untuk menjamin kepercayaan pihaknya selalu menyortir produksi cabai hanya yang sesuai standar saja yang dipasok ke supermarket, sedangkan yang di bawahnya dipasok ke pasar tradisional, sedangkan yang tidak bagus diolah lagi menjadi bubuk cabai.

Menurut dia hanya membutuhkan waktu sekitar empat hari setelah faktur dikirim uang sudah diterima. Hal ini sangat menguntungkan karena di bawah kami terdapat sepuluh petani Majalengka yang mendukung pasokan ke Superindo.

Marketing Manager Ewindo Ignatius Agung Pratama mengatakan terdapat lima petani yang telah ditunjuk sebagai pemasok, namun di bawahnya masing-masing terdiri dari minimal sebanyak 10 petani yang seluruhnya menjadi binaan Ewindo.

Kerja sama ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani mengingat sejak 2012 nilai tukar petani (NTP) terus mengalami penurunan, dari 105 menjadi 101,63 tahun 2015, jelas Agung.

Salah satu penyebab turunnya NTP karena harga masih dikendalikan tengkulak, kondisi demikian membuat harga di tingkat petani tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan terutama petani penggarap, ungkap Agung. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: