Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ganjar: Jangan Ada Lagi Kita Berkelahi Soal...

Ganjar: Jangan Ada Lagi Kita Berkelahi Soal... Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo memperhatikan sektor pertanian dan berupaya menciptakan tata kelola pertanian yang baik melalui program Kartu Tani.

Program ini awalnya ditujukan untuk memberikan pupuk bersubsidi kepada petani yang membutuhkan, namun Ganjar menyoroti manfaat penting dari program ini, yaitu data.

Ganjar menjelaskan bahwa data yang terdapat dalam Kartu Tani dapat diolah dan digunakan sebagai bahan ilmiah untuk meningkatkan produktivitas petani, memenuhi kebutuhan petani, dan memproyeksikan kebutuhan pangan masyarakat.

"Kartu Tani itu mendata petani. Siapa, di mana, berapa, tanam apa, kapan, itu mesti kita ketahui. Kalau itu masuk maka sebenarnya ini bagian dari perintah Presiden satu data Indonesia berkaitan dengan petani," kata Ganjar.

Dengan data yang tersedia, Ganjar dapat mengontrol distribusi dan penerimaan subsidi pupuk kepada petani. Jika pupuk subsidi kurang dari kuota, pemerintah dan pihak terkait dapat mengambil tindakan untuk menjaga produktivitas petani tetap tinggi.

Selain itu, Ganjar dapat berkoordinasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk meningkatkan produktivitas pertanian, sehingga daya beli masyarakat meningkat dan kebutuhan beras terpenuhi.

Dengan data yang didapatkan dari Kartu Tani, Ganjar juga dapat mengurangi peran middle man yang sering membuat harga komoditas pertanian tinggi di pasaran.

Ganjar menekankan pentingnya data science yang dapat dikumpulkan melalui Kartu Tani, dan berkomitmen untuk terus menciptakan tata kelola pertanian yang baik guna mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan.

Ia berharap upaya ini dapat membuat Jateng tetap menjadi lumbung padi nasional, dan saat ini sedang menggenjot produksi jagung dan kedelai sebagai bahan pangan alternatif.

"Jangan ada lagi kita berkelahi pada soal kita perlu impor, tidak perlu impor, cukup tidak cukup, tapi mulai kita proyeksikan ya kalau beras umpama 5,7 sampai 5,9 ton per hektare, bikin dong dengan data ini kita tahu siapa orangnya, tempatnya ada di mana, kapasitas seperti apa. Bikin 8 ton mereka (petani)," ujar Ganjar.

Program Kartu Tani juga telah berkontribusi dalam menjadikan Jateng sebagai provinsi dengan produksi padi terbesar di Indonesia pada tahun 2019, dengan produksi mencapai 9.655.653 ton gabah kering giling (GKG), setara dengan 5.539.448 ton beras.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: