Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sekjen PKB: Santri Tulang Punggung Revolusi Mental

Sekjen PKB: Santri Tulang Punggung Revolusi Mental Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sekretaris Jendral DPP PKB Abdul Kadir Karding mengatakan santri merupakan aset besar bangsa Indonesia. Jumlah santri yang mencapai jutaan dengan sebaran hingga ke berbagai daerah merupakan potensi yang terlalu sayang untuk tidak dioptimalkan.

"Santri dengan karakternya yang adaptif, ulet, dan tekun berjuang bisa menjadi aktor penting memajukan bangsa dan menjawab persaingan global," kata Karding kepada wartawan di Jakarta, Minggu?(23/10/2016).

Menurut Karding para santri hidup dalam tempaan keprihatinan. Mereka tidak saja dibekali ilmu agama dan pengetahuan umum, namun juga pendidikan moral serta budi pekerti.

"Sehingga tidak berlebihan jika santri dijadikan sebagai salah satu tulang punggung dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN?(MEA), mewujudkan revolusi mental, dan melaksanakan program nawacita pemerintahan Jokowi-JK," ujarnya.

Untuk memulai langkah itu pemerintah bisa mengawalinya dengan cara menguatkan pesantren sebagai institusi pendidikan bangsa. Pesantren sebagai kawah candradimuka para santri perlu mendapat dukungan nyata baik secara moriil, materiil, maupun legislasi.

Masyarakat Indonesia, khususnya kaum santri, patut berterimakasih kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang berani menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri. Setelah cukup lama terpinggirkan dari narasi sejarah resmi, kini peran santri kembali meruap ke permukaan.

Pemilihan tanggal 22 Oktober sebagai hari santri tidak terlepas dari konteks historis yang melingkupinya. Ketika itu, 22 Oktober 1945, sebelum revolusi fisik meletus pada tanggal 10 November 1945 di Surabaya, Hadlratussyaikh KH Hasyim Asy?ari mengeluarkan fatwa jihad yang dikenal dengan sebutan Resolusi Jihad NU.

Inti dari fatwa ini adalah perjuangan melawan Belanda merupakan jihad fisabilillah yang wajib dilakukan kaum muslimin. Berkat fatwa ini lah perlawanan rakyat mempertahankan kemerdekaan dari agresi Belanda berkorbar kencang.

Menurut Karding, keputusan presiden tersebut merupakan wujud nyata penghargaan negara atas eksistensi dan kontribusi kaum santri yang sebelumnya terabaikan. Hari Santri menjadi penegasan bahwa santri bukanlah kaum pinggiran dalam dunia pendidikan di Tanah Air. Suara santri, juga perlu didengar dalam wacana pembangunan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ferry Hidayat
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: