Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Berbisnis Jangan Cuma Ikut-ikutan Tren

Berbisnis Jangan Cuma Ikut-ikutan Tren Kredit Foto: Ning Rahayu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Apalah arti up to date dalam berbisnis jika usaha?yang dijalankan hanya sekedar mengikuti tren dan tidak memberikan solusi bagi suatu?permasalahan di masyarakat. Kurang lebih prinsip?seperti itulah yang dimiliki?seorang Reynazran Royono (37) atau yang akrab disapa Rey ketika dirinya hendak memutuskan untuk berbisnis.

Pria kelahiran Jakarta 30 Agustus 1980 tersebut merupakan lulusan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang memiliki pengalaman kerja cukup lama di bidang consumer good industry. Berdasarkan pengalaman tersebut, Rey mengaku cukup mengetahui hal-hal apa saja yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan dalam dunia bisnis?consumer good,?khususnya yang berbasis teknologi informasi (TI).

Rey yang sempat menjabat sebagai CEO dari Berniaga.com tersebut mulai melirik bisnis online lainnya berdasarkan pengalaman yang ditemukan saat bekerja di consumer good industry, yaitu riset pasar yang seringkali tidak sesuai dengan fakta?sebenarnya.

Menurut Rey, saat itu banyak perusahaan besar yang masih berpedoman pada hasil?market research tradisional untuk mendapatkan sebuah data. Adapun, sistem kerja lembaga riset pasar yaitu biasanya akan melalui survei?door to door ke rumah konsumen untuk menghimpun data belanja sample-nya.

Kemudian ketika data sudah terkumpul, perusahaan riset akan menjual data kepada perusahaan. Namun, bagi Rey yang sudah 10 tahun berkecimpung di consumer industry, data yang dijual kepada perusahaan-perusahaan besar tersebut seringkali tidak akurat. Selain itu, perusahaan yang menggunakan riset pasar tradisional tersebut hanya sekedar mendapatkan data dan tidak menawarkan?solusi.

Melihat fenomena tersebut, muncul ide bisnis di benak Rey untuk menciptakan sebuah produk yang dapat membantu para perusahaan besar dalam melakukan riset pasar juga sekaligus memberikan solusi.

Akhirnya, dengan background?teknik industri, Rey pun memunculkan sebuah aplikasi bernama Snapcart yang merupakan market research berbasis teknologi yang dapat memberikan dua keuntungan sekaligus kepada kliennya.

Keuntungan pertama yaitu memberikan data mengenai riset pasar kepada perusahaan yang menjadi kliennya dan yang kedua adalah memberikan solusi terhadap permasalahan market dari hasil analisis Snapcart yang kemudian dapat memberikan ide tentang langkah apa yang harus dilakukan perusahaan.

Misalnya, produk apa yang perlu diluncurkan perusahaan dan menjadi produk yang sedang dibutuhkan konsumen, kemudian promosi apa saja yang harus dilakukan perusahaan, dan berbagai hal yang perlu dilakukan perusahaan berdasarkan kondisi pasar yang diperoleh Snapcart.

"Ide untuk membuat Snapcart muncul karena adanya permasalahan dalam pengambilan data dalam offline purchase. Jadi, pembelanjaan yang dilakukan di channel-channel offline. Kita ingin memberikan solusi agar data-data yang diberikan itu lebih akurat dan realtime," jelas Rey kepada tim Warta Ekonomi, di Jakarta, Selasa (21/3/2017).

Di awal menjalankan bisnis Snapcart, Rey sempat mengalami hambatan, khususnya dalam hal teknikal. Hambatan tersebut dikarenakan belum adanya teknologi yang mendukung konsepnya tersebut. Snapcart adalah aplikasi yang tidak dapat dibuat dari template aplikasi yang sudah ada. Akan tetapi, Snapcart harus dilakukan mulai dari dasar. Hal tersebut diakui Rey karena sistem kerja Snapcart yang harus mampu membaca data berdasarkan struk belanja sehingga Snapcart membutuhkan machine?learning yang bisa membaca gambar struk.

Namun yang terpenting saat itu, menurut Rey, adalah Snapcart bisa mencari tahu perilaku konsumen melalui pengumpulan data dari struk belanja konsumen, baik supermarket besar maupun toko-toko klontong yang sudah memiliki kasir atau menggunakan struk belanja. Dengan konsumen mengirimkan struk belanja, Snapcart akan memberikan cashback atau voucher belanja sebagai hadiah.

Biasanya, jumlah reward adalah senilai Rp50 ribu per bulan untuk setiap user. Bukan nilai reward yang besar, namun jika aplikasi digunakan oleh konsumen yang bertujuan untuk melakukan penghematan belanja maka nilai Rp50 ribu sudah lumayan besar dan dapat memberikan penghematan belanja.

Akan tetapi, jika Snapcart dijadikan sebagai aplikasi untuk mencari uang sehingga memunculkan konsumen yang disebut Rey sebagai konsumen berperilaku tidak normal, seperti mengirimkan struk belanja produk dalam jangka waktu yang tidak masuk akal maka Snapcart akan otomatis memblokir user tersebut. Karena bagi Rey, Snapcart hanya untuk membantu perusahaan melakukan riset pasar dan memberikan penghematan belanja kepada konsumen dengan reward Rp50 ribu per user setiap bulan.

Dengan fokus bersungguh-sungguh dalam menjalankan bisnis Snapcart, kesuksesan berbisnis pun dapat dibuktikan Rey melalui jumlah user yang mencapai 700 ribu download, 300 ribu aktif menggunakan, dan 75 brand besar yang sudah bekerja sama.

Adapun, sumber daya manusia (SDM) Snapcart saat ini juga sudah lebih dari 60 orang karyawan untuk di Indonesia dan Filipina, serta di representation office Snapcart di Singapura. Bagi Rey yang terpenting dalam berbisnis adalah fokus dan tidak setengah-setengah.

Rey juga berencana untuk membuat Snapcart dapat menjangkau toko-toko klontong yang tidak memiliki kasir yang saat ini platformnya sedang dipersiapkan. Selain itu, Rey juga akan melakukan peluncuran di negara ketiga setelah Indonesia dan Filipina dalam waktu dekat.

"Tetapi, belum dapat dipastikan negara mana yang menjadi target peluncuran Snapcart selanjutnya. Rencana sudah dalam waktu dekat," kata Rey.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: