Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

IPMG: Riset dan Pengembangan Fondasi dari Industri Farmasi

IPMG: Riset dan Pengembangan Fondasi dari Industri Farmasi Kredit Foto: Dina Kusumaningrum
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wakil Ketua Umum International Pharmaceutical Manufacturers IPMG, Evie Yulin menyatakan semakin luasnya jangkauan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau BPJS kepada masyarakat, berarti semakin banyak masyarakat di Indonesia yang kini memiliki akses pada pelayanan kesehatan. Hal ini juga berkontribusi terhadap pertumbuhan konsumsi obat dan perkembangan industri farmasi secara keseluruhan.

Namun, IPMG mencermati bahwa terdapat ruang untuk peningkatan dalam pelaksanaan pengelolaan JKN, yang selama ini mempengaruhi kesuksesan progam itu, menghambat pertumbuhan industri farmasi dan menghambat akses masyarakat kepada obat-obatan berkualitas. Selain itu, JKN masih terus berkutat dengan masalah defisit keuangan, hingga tahun 2016, total defisit dalam program JKN telah mencapai sekitar Rp6.23 triliun.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, sekaligus menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan dari industri farmasi nasional, IPMG menilai investasi di sektor riset dan pengembangan (R&D) dan bahan baku industri menjadi peluang yang harus bisa dimaksimalkan oleh pemerintah. Apalagi sektor bahan baku industri telah ditetapkan menjadi prioritas utama dalam Roadmap Industri Farmasi.

?Riset dan pengembangan merupakan fondasi dari industri farmasi. Obat-obatan inovatif yang merupakan hasil dari riset dan pengembangan, adalah komponen utama untuk meningkatkan tingkat peluang hidup di dunia, dengan menyelamatkan jutaan nyawa setiap tahunnya dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat,? kata Jorge Wagner, Ketua Umum IPMG dalam keterangannya, Jakarta, Kamis (23/3/2017).

Dalam kaitannya mengenai investasi disektor riset dan pengembangan, IPMG merasa perlu adanya kolaborasi antara pemerintah dan pihak swasta untuk bersama menjawab tantangan yang menjadi kendala bagi pelaku industri farmasi, antara lain proses penyetujuan obat baru yang masih sangat lama, sertifikasi produk halal, tingkat kandungan dalam negeri (TKDN), obat palsu, dan hak kekayaan intelektual.

Menurut Direktur Eksekutif IPMG, Parulian Simanjuntak, ada beberapa hal yang harus dipenuhi untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat riset dan pengembangan industri farmasi antara lain, sistem politik yang stabil dan transparan sistem kekayaan intelektual kelas dunia pasar yang terbuka dan tanpa diskriminasi jaringan yang kuat antara sektor swasta dan akademisi dan insentif dalam hal pajak.

?Adanya lingkungan yang ideal bagi sektor riset dan pengembangan akan menarik para investor untuk menanamkan investasinya di Indonesia. Secara langsung hal tersebut juga akan berkontribusi terhadap daya saing nasional di industri farmasi, serta meningkatkan kemampuan terhadap pemenuhan kebutuhan obat-obatan bagi pasien di Indonesia di era JKN yang maju.? terang Parulian.

IPMG sebagai pelaku industri dan salah satu pemangku kepentingan di sektor kesehatan, terus berkomitmen untuk dapat berkontribusi terhadap perbaikan dan peningkatan sektor kesehatan Indonesia. Anggota-anggota IPMG aktif berpartisipasi antara lain dalam mendukung program pemerintah seperti keberlangsungan program JKN dan menegakkan praktik bisnis beretika di sektor kesehatan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Dina Kusumaningrum
Editor: Dewi Ispurwanti

Advertisement

Bagikan Artikel: