Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rumah Batik TBIG Rayakan HUT Ketiga

Rumah Batik TBIG Rayakan HUT Ketiga Kredit Foto: Cahyo Prayogo
Warta Ekonomi, Pekalongan -

Rumah Batik TBIG merayakan hari jadi ketiga yang jatuh pada bulan April 2017. Perayaan HUT dilakukan dengan melakukan upacara pemotongan tumpeng di lokasi rumah batik di Pekalongan, Jawa Tengah, Kamis (6/4/2017).

Chief of Business Support PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) Lie Si An mengatakan sekolah yang merupakan bagian dari program corporate social responsibility (CSR) perseroan?ini?telah?melewati perjalanan dan proses panjang dalam melatih dan melestarikan batik di Kota Pekalongan. Hal ini mengingat?pemuda Pekalongan sudah mulai kehilangan minat untuk menjadi perajin batik.

"Tiga tahun ini sebuah proses dan perjalanan panjang yang dilalui oleh semua tim CSR dan tim di Pekalongan. Terima kasih atas usaha dan kontribusi?serta usaha yang telah dilalui sampai saat ini,"?kata?Lie Si An.

Ia mengharapkan Rumah Batik TBIG bisa lebih giat melatih?pemuda Pekalongan?untuk menjadi perajin batik. Saat ini baru ada tiga siswa yang lulus menjadi perajin dan pengusaha batik. Selebihnya, banyak pemuda yang tidak menyelesaikan pembelajaran di sekolah tersebut. Tercatat, sejak tahun 2014 sudah ada 180-an pemuda yang mengikuti pelatihan?di Rumah Batik TBIG.

"CSR ini kami jalankan dengan kesungguhan hati dan komitmen untuk terus berjalan lebih baik lagi. Akhir kata, terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung. Saya berharap Rumah Batik TBIG akan menjadi lebih baik lagi," pungkasnya.

Kepala Sekolah Rumah Batik TBIG mengatakan tantangan terbesar yang dihadapi saat ini adalah kurangnya respons masyarakat?Pekalongan karena anggapan bahwa industri batik adalah pekerjaan kasar, kotor, dan upah murah.

"Respons dari masyarakat kurang," ujarnya.

Alhasil, pihaknya melakukan inovasi untuk?menarik minat pemuda. Jika awalnya mereka merekrut pemuda-pemuda lulusan SMA maka kini rekrutmen diarahkan ke?anak-anak SMP yang memiliki usia lebih muda. Hal itu karena pemuda lulusan SMA sudah berorientasi untuk mencari uang sehingga tidak?tertarik menghabiskan waktu belajar di rumah batik.

"Makanya kami datang ke ponpes (pondok pesantren). Alhamdulillah, santri-santri banyak yang mau gabung. Semester ini ada 30 pelajar yang ikut latihan," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: