Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

When BCA by Your Side (3/3)

When BCA by Your Side (3/3) Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Di sektor perbankan ada satu teori bertajuk The too big to fail theory. Teori ini mengatakan bahwa satu institusi keuangan besar dengan jejaring yang begitu luas akan sangat berbahaya bila mengalami masalah karena akan ikut meruntuhkan sistem keuangan suatu negara. Sebagai bank terbesar ketiga dari sisi aset di Indonesia, meski OJK tidak mengungkap nama dari 12 bank yang masuk sistemik, tentulah apabila terjadi guncangan di BCA akan berdampak luas ke stabilitas sistem keuangan (SSK) Indonesia.

Salah satu yang kudu diwaspadai dari kedigdayaan BCA justru pada jantung mesin uang, yakni kredit konsumer. Meski tingkat kredit macet (nonperforming loan/NPL) BCA di bawah 2%, dalam pandangan Dimas Setiaji, menggeber kredit ke sektor konsumer terbilang sangat rawan terhadap kemungkinan kredit macet apabila terjadi krisis ekonomi yang membuat daya masyarakat melorot tajam.

Jahja Setiaatmadja bukannya tidak menyadari ada risiko atas pilihan yang diambilnya dengan menjadikan seolah-olah kredit konsumer sebagai mesin uang bank itu. Kredit properti, misalnya. Ketika BCA justru menaruh perhatian besar akan alokasi ke kredit properti ada dasar pertimbangan di belakang itu. Ketika kredit kepemilikan rumah (KPR) diberi aliran deras multiplier effect dari kredit ini akan menghidupkan banyak industri penunjang yang menyokong baik di industri properti ataupun otomotif.

Sebagai bankir, Jahja mahfum prinsip kehati-hatian akan bahaya di sektor properti apabila terjadi bubble. Yang penting Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan selaku regulator sektor moneter dan perbankan memberi rambu-rambu makroprudensial berupa regulasi loan to value (LTV). Begitu pula ke sektor otomotif dengan aturan loan to finance (LTF). Bagi Jahja, dengan pasang posisi di kredit konsumer, selain memang terbukti bikin kinclong kinerja keuangan, juga ikut menghidupkan ratusan industri penunjang baik di properti dan otomotif.

Tagline BCA Senantiasa di Sisi Anda seperti menyiratkan bahwa apa pun kebutuhan layanan keuangan nasabah, BCA senantiasa selalu mendampingi. Menjadi sosok yang selalu berada di sisi nasabah membangun imej bahwa BCA memahami kebutuhan nasabahnya. Namun, roh dari itu semua adalah trust atau kepercayaan. Nah, trust ini pijakan bagi pihak bank dan nasabah.

Trust ini yang membangun landasan loyalitas customer. BCA belajar dari pengalaman ketika krisis moneter dan ekonomi pada 1997/1998. Ketika itu, BCA sempat di-rush oleh nasabah dengan embusan isu miring yang kurang pas. Tapi, di tengah aksi rush itu, justru sebagian nasabah memperlihatkan trust ketika membawa uang kontan ratusan juta dan menyimpan di BCA. Perlahan aksi rush pun mereda dan kepercayaan nasabah pulih. BCA tumbuh menjadi bank swasta nasional terpercaya.

Berbekal kepercayaan ini, Jahja Setiaatmadja katakan, BCA senantiasa di sisi Anda.

Sumber: Majalah?Warta Ekonomi?Edisi VI

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: