Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI Harap Inflasi Inti Bisa Dikendalikan

BI Harap Inflasi Inti Bisa Dikendalikan Kredit Foto: Fajar Sulaiman
Warta Ekonomi, Jakarta -

Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo berharap inflasi inti bisa dijaga dengan baik setelah inflasi dari komponen volatile food dan administered prices cukup terkendali.

Dijaganya inflasi inti agar sasaran inflasi BI direntang empat plus minus satu persen dapat tercapai di akhir tahun 2017. Hal ini juga masih sesuai dengan asumsi inflasi pemerintah, di mana dalam RUU Perubahan APBN 2017 mengusulkan asumsi inflasi sebesar 4,3%, naik dari asumsi dalam APBN 2017 yang sebesar 4%.

"Yang paling kita harapkan inflasi inti bisa dikendalikan," ujar Agus disela Rapat Rancangan Undang-Undang (RUU) Perubahan APBN 2017 di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (10/7/2017). Sementara terkait inflasi harga pangan bergejolak (volatile food), Agus meyakini pihaknya bersama pemerintah cukup berhasil mengendalikan kestabilan harga pangan.

"Kalau volatile food asal bisa dijaga supply-nya dan sekarang ada pola jaga pasokan distribusi, kewajaran harga, jaga komunikasi perdagangan antar daerah itu volatile food bisa dijaga. Di sisi administered prices, kalau masalah subsidi bisa ditangani, sudah ada pengurangan subsidi listrik dan elpiji 3 kg. Tinggal perhatian kita ke core inflalsi yang diharapkan di 3,5 plus minus 1%," jelas Agus.

Adapun inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Juni 2017 tercatat 0,69% (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi periode puasa dan lebaran tiga tahun terakhir sebesar 0,85% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK hingga Juni secara year to date tercatat 2,38% (ytd) atau secara tahunan mencapai 4,37% (yoy).

Untuk komponen volatile foods (VF) pada Juni 2017 mengalami inflasi sebesar 0,65% (mtm), lebih rendah dari data historis periode lebaran dalam tiga tahun terakhir yang mencatat rata-rata inflasi 1,78%, (mtm). Secara tahunan, inflasi volatile food mencapai sebesar 2,17% (yoy). Adapun inflasi administered prices pada Juni 2017 tercatat tinggi, yaitu 2,10% (mtm). Secara tahunan, inflasi administered prices mencapai sebesar 10,64% (yoy).

Sedangkan untuk inflasi inti Juni 2017 tercatat cukup rendah, yaitu 0,26% (mtm) atau lebih rendah dari historis inflasi inti periode lebaran tiga tahun terakhir yang sebesar 0,40% (mtm). Secara tahunan, inflasi inti tercatat sebesar 3,13% (yoy). Kenaikan harga barang dalam kelompok ini, seperti emas perhiasan, kue kering berminyak, mie, nasi dengan lauk, dan baju muslim wanita masih cukup terkendali. Sementara harga cat tembok dan mesin cuci tercatat menurun.

Agus menuturkan apabila inflasi dapat terjaga, selanjutnya yang perlu diwaspadai adalah perkembangan ekonomi global, utamanya dari Amerika Serikat. "Yang utama di AS karena kemarin minutes fed statement agak hawkish. Kondisi non farm payroll lebih bagus, FFR masih mungkin untuk naik dan statement neraca feed akan diturunkan makin tajam," ucapnya.

Menurutnya, hal tersebut akan membuat mata uang dunia termasuk Rupiah mengalami pelemahan terhadap dolar AS dan adanya tekanan capital outflow. "Hal ini bisa buat nilai tukar melemah. Dan penjelasan pak Menko Perekonomian (Darmin Nasution) betul rata-rata nilai tukar rupiah dari Januari sampai Juli ini sudah Rp13.330 per US$, jika Rp13.400 per US$ rata-rata sepanjang 2017 itu cerminan nilai tukar," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Rizka Kasila Ariyanthi

Advertisement

Bagikan Artikel: