WE Online, Jakarta - Perdana Menteri Inggris David Cameron dalam pidatonya hari Senin memperingatkan bahwa Inggris akan meningkatkan risiko perang jika Inggris memilih keluar dari Uni Eropa dalam referendum yang dijadwalkan tahun ini.
Dalam pidatonya, Cameron menyoroti pertempuran Trafalgar, Blenheim, Waterloo dan dua Perang Dunia sebagai bukti bahwa Inggris tidak bisa berpura-pura menjadi negara yang "kebal dari konsekuensi" dari peristiwa di Eropa.
Cameron pada hari Senin memberi pidato utama mengenai keamanan nasional. Ia menyerukan agar? kampanye "Brexit" berakhir sebelum referendum yang akan digelar pada tanggal 23 Juni mendatang mengenai apakah Inggris tetap menjadi anggota persekutuan 28 negara tersebut.
"Dapatkah kita merasa pasti bahwa perdamaian dan kestabilan di benua kita sudah terjamin tanpa meragukan? Apakah risiko tersebut patut kita ambil? Saya tidak akan pernah terburu-buru membuat asumsi demikian," kata David Cameron dalam pidatonya, seperti dikutip dari laman VOA di Jakarta, Kamis (12/5/2016).
Selanjutnya ia mengemukakan argumentasi bahwa Uni Eropa telah membantu menumpas kekerasan ketika dahulu negara-negara "bermusuhan selama puluhan tahun."
Cameron juga memperingatkan kemungkinan konsekuensi ekonomi yang parah kalau Inggris memilih meninggalkan Uni Eropa. Menurut Cameron, Brexit akan merugikan setiap keluarga di Inggris sebesar US$6.200 sebelum tahun 2030.
"Isolasionisme tidak pernah menguntungkan negara ini. Buktinya jelas, kita akan lebih makmur jika tergabung dalam Uni Eropa, dan lebih miskin bila kita keluar," katanya.
Sementara itu di pihak yang berseberangan, mantan Walikota London Boris Johnson akan memberi pidato dalam usaha menyampaikan alasan bahwa sebaiknya negara itu dibebaskan dari Uni Eropa.
Warga Inggris terpecah dua mengenai masalah apakah Inggris sebaiknya keluar dari Uni Eropa. Hasil rata-rata enam jajak pendapat terakhir yang dilakukan oleh What UK Thinks memberi indikasi bahwa rakyat persis terbagi dua, di mana 50 persen mengatakan mereka akan memilih keluar dan 50 persen mengatakan mereka ingin tetap tergabung dalam Uni Eropa.
Brexit (British exit) adalah sebuah singkatan yang mereferensi kepada peluang keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Referendum untuk menentukan apakah Inggris akan keluar dari Uni Eropa atau tidak akan digelar pada tanggal 23 Juni 2016.
Jika wacana Brexit tercapai maka usai keluar dari Uni Eropa Inggris bisa memilih untuk mengikuti Norwegia yang membayar agar tetap bisa terhubung ke pasar tersebut. Sejumlah ekonom memandang, aksi keluarnya Inggris dari Uni Eropa akan buruk untuk prospek ekonomi Inggris.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: