WE Online, Jakarta - PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) membukukan penjualan sebesar Rp344 miliar pada kuartal I-2016. Penjualan ini turun bila dibandingkan dari kuartal I-2015 yang sebesar Rp 511 miliar. Kinerja tiga bulan pertama tahun ini ditopang penjualan sawit Rp 245 miliar dan karet Rp 89 miliar.
Direktur Investor Relations Bakrie Sumatera Plantations Andi W. Setianto mengatakan, perseroan melakukan program revitalisasi perkebunan untuk menjaga produktivitas kebun inti sawit dan karet, di tengah melemahnya harga crude palm oil (CPO) dan karet dunia di kuartal I-2016, diskon harga domestik CPO akibat kebijakan pungutan CPO Fund USD 50 per ton untuk mendukung program biodiesel, dan El-Nino yang menyebabkan kemarau panjang.
"Kuartal pertama dan semester pertama umumnya siklus produksi rendah, biasanya mulai meningkat pada kuartal kedua dan mencapai puncaknya di kuartal terakhir setiap tahun. Optimalisasi produktivitas pabrik, juga dilakukan dengan pembelian sawit dan karet dari petani yang tidak memiliki pabrik sekaligus membantu kesejahteraan mereka," kata Andi di Jakarta, Minggu kemarin (15/5/2016).
Menurutnya, pada januari 2016, harga komoditas sawit utama yaitu CPO masih rendah di level USD 530 per ton FOB Malaysia, dan membaik ke level USD 630 di Maret 2016. Data pasar mencatat tren penurunan harga CPO dari level tertinggi USD 1.240 pada Februari 2011 hingga ke level terendah USD 480 di Agustus 2015.
Andi menjelaskan El-Nino di tahun 2015 dan program biodiesel domestik menyebabkan berkurangnya ekspor pasokan sawit dunia untuk 2016. Kondisi itu menjadi katalis perbaikan harga CPO yang mulai terlihat di akhir kuartal I-2016.
Di sisi lain, kebijakan pungutan CPO Fund USD 50 per ton untuk mendukung program biodiesel domestik menyebabkan diskon harga domestik CPO yang diterima perseroan dan petani dari menjual CPO dan FFB (Fresh Fruit Bunch) di pasar lokal. Bea Keluar CPO yang kembali dipungut pemerintah mulai Mei 2016 ini, berpotensi menyebabkan berkurangnya pendapatan penjualan produk sawit dan petani di pasar lokal.
"Perseroan mengikuti protokol RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) and ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) yang menjunjung tinggi prinsip ramah lingkungan dan keberlanjutan. Kita mempunyai kebijakan zero-burning (tanpa membakar) dalam melakukan kegiatan perkebunan, khususnya aktivitas land clearing," paparnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: