Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bangkrut sebagai Perusahaan Ponsel, BlackBerry Bangkit sebagai Perusahaan Cybersecurity

Bangkrut sebagai Perusahaan Ponsel, BlackBerry Bangkit sebagai Perusahaan Cybersecurity Kredit Foto: Twitter/Best Skills
Warta Ekonomi, Jakarta -

BlackBerry Limited, atau yang sebelumnya dikenal dengan nama Research in Motion (RIM) hingga Januari 2013, adalah salah satu nama besar dalam dunia teknologi. Sebelum menjamurnya iPhone dan smartphone berbasis Android, BlackBerry merupakan pelopor di industri smartphone melalui inovasi yang mengubah cara komunikasi global

Namun, pada akhirnya BlackBerry sebagai perusahaan ponsel harus jatuh secara dramatis sehingga harus mengubah fokus bisnisnya secara total.

Didirikan pada tahun 1984, BlackBerry mencatat sejarah sebagai pelopor dalam menghadirkan layanan email di perangkat genggam. Produk pertama yang mencuri perhatian adalah Inter@ctive Pager 950 pada tahun 1998. Dengan layar kecil, keyboard QWERTY ikonis, dan trackball, perangkat ini memungkinkan akses email secara terus-menerus dan menjadi favorit kalangan bisnis.

Kesuksesan berlanjut dengan peluncuran BlackBerry 850 pada 1999 yang mendukung “push email” dari server Microsoft Exchange. Pada tahun 2000, BlackBerry memperkenalkan BlackBerry 957, yang dianggap sebagai smartphone pertama. Dalam waktu singkat, perangkat BlackBerry menjadi simbol status bagi pemimpin dunia, eksekutif korporat, dan selebriti.

Periode 2001 hingga 2007 menjadi masa keemasan bagi BlackBerry. Dengan ekspansi global dan produk-produk seperti seri Pearl, Curve, dan Bold, BlackBerry berhasil menarik perhatian pasar konsumen setelah sebelumnya mendominasi sektor bisnis. Pada puncaknya, BlackBerry memiliki 85 juta pelanggan di seluruh dunia pada September 2011.

Baca Juga: Drop Out dari Kampus, 7 Tokoh Ini Malah Sukses dan Mendunia

BlackBerry Tergilas iPhone

Kehadiran iPhone dari Apple pada tahun 2007 menjadi titik balik bagi BlackBerry. Awalnya, BlackBerry meremehkan iPhone sebagai perangkat “mainan” bagi konsumen muda. Namun, popularitas iPhone dengan layar sentuhnya yang revolusioner berhasil menarik perhatian pasar, termasuk kalangan bisnis yang sebelumnya menjadi ceruk utama BlackBerry.

BlackBerry mencoba bersaing dengan meluncurkan perangkat layar sentuh pertamanya, BlackBerry Storm, pada tahun 2008. Sayangnya, perangkat ini menuai kritik atas performa buruknya, menandai awal dari keraguan investor terhadap masa depan perusahaan. Pada tahun 2010, meskipun BlackBerry masih memimpin pasar smartphone di Amerika Serikat dengan pangsa 37,3%, momentum tersebut tidak bertahan lama.

Pada tahun 2011, pangsa pasar BlackBerry mulai anjlok akibat persaingan dari iOS dan Android. Penurunan ini terus berlanjut, dan pada 2012, pangsa pasarnya di AS hanya tersisa 7,3%. Meskipun masih mencatat kesuksesan global dengan 77 juta pengguna pada akhir 2012, tren keseluruhannya menunjukkan penurunan.

Untuk menyelamatkan bisnisnya, BlackBerry melakukan berbagai upaya, termasuk mengakuisisi sistem operasi QNX pada tahun 2010. Sistem ini menjadi dasar bagi BlackBerry Tablet OS yang digunakan pada tablet BlackBerry PlayBook. Namun, produk ini gagal di pasar karena harga tinggi dan fitur yang terbatas.

BlackBerry juga meluncurkan BlackBerry 10 pada 2013, tetapi tidak berhasil merebut kembali pangsa pasar yang hilang. Transformasi perusahaan dari produsen perangkat ke penyedia solusi perangkat lunak juga tidak membuahkan hasil yang signifikan. Upaya untuk menjual perusahaan, termasuk rumor akuisisi oleh Samsung pada 2015, tidak pernah terwujud.

Baca Juga: Dari Kopi Keliling, Soedomo Mergonoto Sukses Ekspor 'Kapal Api' Hingga Pekerjakan Ribuan Karyawan

BlackBerry Menjadi Penyedia Keamanan Siber

Setelah menghentikan produksi smartphone-nya, BlackBerry mengalihkan fokusnya ke layanan keamanan siber dan Internet of Things (IoT). 

Pada tahun fiskal 2024, BlackBerry mencatat pendapatan sebesar $853 juta dengan $815 juta berasal dari bisnis IoT dan $280 juta dari keamanan siber. Dengan hasil ini, pertumbuhan pendapatan tahunan sebesar 25% di sektor IoT bakal menjadi arah baru yang menjanjikan untuk BlackBerry.

Namun, transformasi ini juga tidak dapat dianggap mudah. BlackBerry masih menghadapi tantangan besar dalam mengubah citra dari produsen smartphone yang gagal menjadi penyedia solusi teknologi masa depan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: