PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) telah memperoleh persetujuan dari pemegang saham untuk menerbitkan hak memesan efek terlebih dahulu (rights issue ) sebesar Rp1,87 triliun.?
Direktur Keuangan Krakatau Steel Tambok P Setyawati S mengatakan, perseroan berharap harga saham KRAS pada saat diterbitkan nanti dapat dinilai dengan proper oleh pasar. ?Kami mendapatkan harga rights issue yang terbaik, di samping prospek juga mempertimbangkan book value -nya saat ini,? kata Tambok, dalam keterangan tertulisnya kemarin.?
Pada pekan lalu pemegang saham melalui rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) telah menyetujui penambahan modal ditempatkan dan disetor perseroan melalui rights issue dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) senilai Rp1,87 triliun yang terdiri atas Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp1,5 triliun dan investor publik senilai Rp375 miliar.?
Kinerja saham KRAS sendiri sejak awal bulan Agustus sangat mengesankan, di mana kenaikannya telah mencapai 48% dari penutupan akhir Juli lalu. Perbaikan laporan keuangan, prospek konsumsi baja domestik hingga rights issue menjadi katalis utama bagi saham KRAS saat ini. Sementara itu, Analis Danareksa Capital Guntur Tri Haryanto mengatakan, hingga semester I/2016, nilai buku KRAS sebesar USD1,813 miliar atau Rp1.500 persaham(kursRp13.180/USD).?
Artinya, harga saat ini terdiskon 42% dari nilaibukunyajikamengacu pada laporan enam bulan pertama 2016. Dia melihat positifnya laba usaha KRAS di semester I/2016 memperlihatkan membaiknya sektor baja dalam negeri, pembangunan infrastruktur seperti jalan tol mulai meningkatkan demand baja domestik.?
Pada tanggal 22 Agustus lalu, KRAS telah melakukan pembangunan ground breaking pabrik HSM #2 yang akan meningkatkan kapasitasnya menjadi 3,9 juta ton. Ke depan, KRAS akan terus menambah kapasitasnya hingga 10 juta ton sejalan dengan pertumbuhan pasar.?
Dihubungi terpisah, Head Of Research NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada melihat perbaikan kinerja KRAS harus terus konsisten, tantangan terbesar bagi KRAS saat ini bagaimana hasil produknya dapat diserap oleh domestik seperti di sektor automotif, konstruksi, properti, dan lainnya.?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Boyke P. Siregar
Tag Terkait: