Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Rabu (28/9/2016) mencapai kesepakatan "bersejarah" untuk menurunkan produksi minyak dari 33,24 juta barel per hari menjadi 32,5 juta barel atau 33 juta barel per hari.
Presiden OPEC Mohammed Bin Saleh Al-Sada mengatakan dalam konferensi pers setelah pertemuan luar biasa selama enam jam, bahwa anggota kartel mencapai kesepakatan untuk membatasi produksi minyak mereka.
Pejabat OPEC memuji upaya-upaya yang dilakukan oleh Aljazair, "yang menawarkan semacam kesempatan untuk mengumpulkan kami dan memutuskan masalah penting yang berkaitan dengan pasar minyak." Al-Sada mencatat bahwa para peserta sepakat untuk membentuk sebuah komite guna mempertimbangkan pangsa produksi dari setiap negara anggota, dan kemudian mengajukan laporan ke pertemuan OPEC berikutnya yang akan diselenggarakan di Wina pada November.
Dia lebih lanjut menunjukkan bahwa komite juga dimaksudkan mengkoordinasikan kesepakatan bersama antara anggota kartel dalam upaya untuk mempercepat proses "rebalancing" pasar minyak, mengatakan kedua produsen OPEC dan non-OPEC (dalam referensi untuk Rusia) harus berbagi beban menyesuaikan produksi.
Ketika ditanya apakah hasil pertemuan Aljir akan mendorong harga minyak lebih tinggi, ia mencatat bahwa pasar adalah satu-satunya faktor yang mengontrol harga.
Sebelumnya pada Rabu pagi, laporan menunjukkan bahwa Aljazair telah mengusulkan anggota-anggota OPEC untuk memangkas produksi minyak sebesar 796.000 barel per hari.
Negara Afrika Utara itu mengusulkan Arab Saudi, salah satu produsen minyak utama, untuk membatasi pasokan menjadi sekitar 10,3 juta barel per hari. Ia juga mengusulkan Iran untuk membatasi pasokannya menjadi 3,7 juta barel per hari.
Perdana Menteri Aljazair Abdelmalek Sellal pada Selasa bertemu dengan Wakil Menteri Perminyakan Arab Saudi, Pangeran Salman bin Abdul Aziz bin Salman Al-Saud dan Menteri Perminyakan Iran Bijan Namdar Zanganeh.
Sellal berusaha untuk mendekatkan perbedaan pandangan antara Iran dan Arab Saudi untuk memfasilitasi proses pertemuan informal OPEC yang dipandang sebagai kesempatan guna mencapai kesepakatan pembekuan atau pengurangan produksi minyak.
Aljazair melakukan upaya-upaya diplomatik yang cukup besar dalam beberapa bulan terakhir untuk membujuk OPEC dan produsen non-OPEC untuk berkumpul dalam pertemuan "informal" di Aljir guna menghidupkan kembali pasar minyak yang merosot.
Menteri Energi Aljazair Noureddine Bouterfa mengatakan awal pekan ini bahwa harga minyak pada 50 hingga 60 dolar AS per barel akan menguntungkan bagi konsumen dan produsen, karena akan membantu menjaga investasi dan karena itu menjamin ketersediaan produk energi utama ini dalam jangka panjang. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto