Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi bergerak menguat sebesar 39 poin menjadi Rp12.956, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.995 per dolar AS.
"Dolar AS terkoreksi terhadap sebagian besar mata uang utama dunia setelah data tenaga kerja Amerika Serikat menambah pekerja dengan jumlah lebih sedikit di bulan September," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin (10/10/2016).
Ia mengemukakan bahwa penggajian nonpertanian Amerika Serikat bertambah 156.000 pada September, mengalami penurunan dari revisi naik pada Agustus lalu sebesar 167.000.
Sementara itu, tingkat pengangguran AS naik sebanyak 0,1 persen menjadi 5 persen turut menjadi sentimen negatif bagi dolar AS.
"Data tenaga kerja itu akan menjadi petunjuk menjelang pertemuan The Fed pada 1-2 November nanti. Investor memperkirakan peluang kenaikan suku bunga pada pertemuan bulan November tertutup," katanya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa rupiah bergerak menguat seiring dengan cadangan devisa yang naik. Namun, sepertinya Bank Indonesia tidak ingin pasokan dolar AS yang terlalu berlimpah di pasar yang dapat mendorong rupiah yang terlalu kuat.
Sementara itu, lanjut dia, sentimen mengenai tarif listrik yang mulai naik pada Oktober 2016 berpeluang menambah tekanan inflasi ke depan yang dapat menekan rupiah. (ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto