Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        AP I Terbitkan Obligasi I dan Sukuk Ijarah I Senilai Rp 3 Triliun

        AP I Terbitkan Obligasi I dan Sukuk Ijarah I Senilai Rp 3 Triliun Kredit Foto: Annisa Nurfitriyani
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT Angkasa Pura I (Persero) atau yang biasa disingkat AP I mengumumkan penerbitan obligasi melalui skema Penawaran Umum Obligasi I Angkasa Pura I dan Sukuk Ijarah I Angkasa Pura I Tahun 2016 dengan total nilai Rp 3 triliun yang ditawarkan kepada masyarakat.

        BUMN kebandarudaraan yang mengelola 13 bandara di wilayah tengah dan timur Indonesia ini, menargetkan sebanyak-banyaknya Rp2,5 triliun untuk obligasi. Sedangkan untuk Penawaran Umum Sukuk Ijarah I ditargetkan sebesar Rp500 miliar.

        Obligasi dan Sukuk Ijarah ini diterbitkan dalam tiga seri di mana Seri A berjangka waktu 5 (lima) tahun dengan indikasi tingkat kupon Obligasi 7,45 persen - 8,20 persen per tahun dan Indikasi Tingkat Bagi Hasil Sukuk Ijarah yang setara dengan 7,45 persen - 8,20 persen per tahun.

        Untuk Seri B berjangka waktu 7 (tujuh) tahun dengan indikasi tingkat kupon Obligasi 7,95 persen - 8,70 persen per tahun dan Indikasi Tingkat Bagi Hasil Sukuk Ijarah yang setara dengan 7,95 persen - 8,70 persen per tahun.

        Sedangkan untuk Seri C berjangka waktu 10 (sepuluh) tahun dengan indikasi tingkat kupon Obligasi 8,10 persen - 8,85 persen per tahun dan Indikasi Tingkat Bagi Hasil Sukuk Ijarah yang setara dengan 8,10% - 8,85% per tahun. Kupon Obligasi dibayarkan setiap 3 bulan sesuai dengan tanggal pembayaran masing-masing kupon Obligasi.

        Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero), Sulistyo Wimbo Hardjito, mengatakan, Obligasi dan Sukuk Ijarah ini mendapatkan peringkat idAAA dan idAAAsy (Triple A; Stable Outlook) dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO).

        "Dana yang diperoleh dari Penawaran Umum Obligasi dan Sukuk Ijarah ini setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi, sekitar 75 persen akan digunakan untuk pengembangan 5 Bandara yaitu, Bandara Baru Yogyakarta, Bandara Ahmad Yani, Bandara Syamsudin Noor, Bandara Juanda, dan Bandara Sultan Hasanuddin. Sisanya sekitar 25 persen akan digunakan untuk investasi rutin," katanya.

        Ia menambahkan, pengalaman, track record dalam manajemen operasional bandara serta profil perusahaan jasa kebandarudaraan yang baik, membuat Angkasa Pura I mendapatkan peringkat Obligasi dan Sukuk Ijarah yang baik.

        Menurut Wimbo, dukungan yang kuat dari pemerintah terhadap Angkasa Pura I dapat terlihat dari pemerintah yang mempertahankan kepemilikannya 100 persen di Perseroan dan suntikan modal yang diberikan berupa penyertaan aset dalam 5 tahun terakhir.

        "Hal ini dilakukan Pemerintah karena Perseroan ini merupakan BUMN strategis dan pemain kunci yang menyediakan infrastruktur bandara dalam konektivitas antar kepulauan di bagian tengah dan timur Indonesia," imbuh Wimbo pada acara public expose, Senin (17/10) di Ritz Carlton, Pacific Place.

        Direktur Keuangan dan Teknologi Informasi PT Angkasa Pura I (Persero) Novrihandri menambahkan, saat ini Perseroan sedang mengurangi ketergantungan pendapatan dari aeronautika dengan mengoptimalkan pendapatan non-aeronautika, seperti pendapatan dari konsesi, penyewaan dan pergudangan, serta melalui entitas anak yang menunjang pengelolaan bandara dan aset-aset yang dimiliki Perseroan.

        "Pada Juni 2016 komposisi pendapatan aeronautika terhadap pendapatan usaha turun menjadi 58,88 persen dari sebelumnya pada 2011 sebesar 76,67 persen, sedangkan komposisi pendapatan non-aeronautika naik menjadi 41,12% dari sebelumnya pada 2011 sebesar 23,33 persen," katanya.

        Novrihandri melanjutkan, Angkasa Pura I memiliki rasio keuangan yang sehat yaitu current ratio pada Juni 2016 sebesar 1,23x. ROA dan ROE Angkasa Pura I tetap stabil terjaga di atas 5,0x. Di sisi lain, Debt to Equity Ratio meningkat dikarenakan Angkasa Pura I mendapatkan pendanaan dari pihak ketiga sejak tahun 2013. "Tetapi Debt to Equity Ratio masih dalam kategori baik," tutupnya. (Ant)

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Sucipto

        Bagikan Artikel: