Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        BI Respons Ketidakpastian Global dengan Tahan BI 7-day RR

        BI Respons Ketidakpastian Global dengan Tahan BI 7-day RR Kredit Foto: Fajar Sulaiman
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menyatakan ditahannya ?BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) dilevel 4,75%, sebagai respon bank sentral dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global.

        "Hal ini dilakukan sebagai respon dari meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global pasca Pemilu Presiden AS," ujar dia dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (17/11/2016).

        Bank sentral menilai kondisi makro ekonomi domestik masih tetap terjaga sebagaimana tercermin pada inflasi yang rendah dan defisit transaksi berjalan yang terkendali. Inflasi diperkirakan akan berada di kisaran bawah target BI yakni 3,0 - 3,2 persen. Sedangkan defisit transaksi berjalan turun dari 2,2 persen PDB menjadi 1,8 persen PDB.

        Menurut Agus, secara umum bank sentral melihat dengan menahan suku bunga kebijakan, BI masih akan terus melakukan satu koordinasi dengan pemerintah dan stakeholder terkait untuk meyakinkan bahwa bank sentral akan merespon baik tekanan eksternal.

        "BI akan terus memperkuat koordinasi kebijakan bersama Pemerintah untuk menjaga kecukupan likuiditas, memperkuat stimulus pertumbuhan, dan memastikan pelaksanaan reformasi struktural berjalan dengan baik, sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," jelasnya.

        Sementara itu, lanjut Agus, pemulihan ekonomi global diperkirakan masih berlangsung lambat, namun harga komoditas mulai membaik. Di tengah ketidakpastian perekonomian global yang meningkat pasca Pemilu AS, perekonomian AS menunjukkan perbaikan sebagaimana tercermin dari PDB yang membaik, tingkat pengangguran yang stabil ?dan inflasi yang cenderung meningkat.

        "Namun demikian, pertumbuhan ekonomi di negara maju lainnya, seperti Uni Eropa, cenderung masih terbatas dan dibayangi oleh risiko politik. ?Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi negara berkembang seperti India dan Tiongkok diperkirakan masih menjadi pendorong ekonomi global," ungkapnya.

        Di pasar komoditas, harga minyak dunia masih pada level yang rendah, sejalan dengan masih tingginya produksi minyak OPEC. Sementara itu, sejumlah harga komoditas ekspor Indonesia terus mengalami perbaikan, seperti minyak kelapa sawit, batubara, dan beberapa barang tambang lainnya.

        "Ke depan, BI akan terus mencermati perkembangan dalam masa transisi pemerintahan AS serta kebijakan yang akan ditempuh di AS, terutama terkait dengan kebijakan fiskal, suku bunga dan perdagangan internasional," tutur Agus.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajar Sulaiman
        Editor: Cahyo Prayogo

        Bagikan Artikel: