Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang terlalu dominan dianggap membahayakan struktur perekonomian nasional.
Ketua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis (AKSES) Suroto di Jakarta, Jumat (18/11/2016), menilai pelaku UMKM di Indonesia terlihat sudah terlalu dominan dari segi jumlah bahkan cenderung selalu meningkat.
"Ini sebetulnya membahayakan bagi struktur perekonomian nasional kita dan bahkan bisa segera masuk ke tingkat risiko akut," katanya.
Menurut dia, jika ekonomi telah memasuki garis risiko akut maka akan sulit diperbaiki dan diakselerasi dengan insentif apapun.
Suroto mengutip data BPS dengan jumlah UMKM di Indonesia sebanyak 57,9 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM juga memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen.
"Struktur yang terlihat menandakan ekonomi kita lebih didominasi oleh kelompok usaha masyarakat subsisten. Mereka itu ada di kelompok miskin dan rentan miskin secara otomatis," katanya.
Hal itu, kata Suroto, kerap kali justru dibanggakan sebagai prestasi oleh Pemerintah tanpa menyadari bahwa bila ekonomi Indonesia semakin subsisten akan semakin tidak mampu untuk mengembangkan inovasi dan meningkatkan kapasitas usaha.
"Boro-boro untuk mengakumulasi dan melakukan reinvestasi ke usaha mereka. Untuk menghidupi kebutuhan pokok keluarga mereka secara layak saja sudah tidak cukup," katanya.
Hal itu kata dia, diperparah dengan kebijakan yang sering bersifat disinsentif terhadap UMKM.
"Contoh yang paling kongkrit misalnya, pengenaan pajak final sebesar 1 persen terhadap skala usaha mikro dan kecil. Ini sudah megap-megap masih digencet lagi," katanya.
Sementara itu, ia menambahkan, usaha-usaha besar diberikan banyak insentif seperti pembebasan pajak (tax free) dan keringanan pajak (tax holiday) seperti paket kebijakan bagi investasi di atas Rp500 milyar.
"Ini adalah masalah krusial dan tanggung jawabnya bukan hanya ada pada Kementerian Koperasi dan UKM. Pemerintah dalam hal ini Presiden mesti melihat ini sebagai persoalan yang krusial dan segera menghentikan masalah masalah egosektoral," katanya.
Menurut dia, UMKM selama ini sulit berkembang karena tidak diletakkan dalam infrastruktur sosial yang kuat sehingga selalu dalam posisi yang tidak menguntungkan karena sektor bisnis off farmnya seperti keuangan, pengolahan, pemasaran dan lain sebagainya justru dikuasai pihak lain atau bahkan jaringan mafia. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto
Tag Terkait: