Tingkat kemiskinan di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat (Sumbar), mengalami penurunan hingga menyentuh besaran 2,22 persen pada 2015 dari total jumlah penduduk sebanyak 65 ribu jiwa lebih.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) setempat, Istanto mengatakan "Pada tahun sebelumnya tingkat kemiskinan berada pada kisaran 2,25 persen dan pada 2016 akan diumumkan pada tahun berikutnya," katanya di Sawahlunto, Rabu (23/11/2016).
Menurutnya, penurunan jumlah persentase angka kemiskinan tersebut telah mengantarkan kota itu ke posisi dua level nasional sebagai kota dengan persentase kemiskinan terendah, setelah Kota Tangerang, Banten, dengan persentase angka kemiskinan 1,69 persen. Angka tersebut, juga menggeser Kota Denpasar, Bali, ke urutan ketiga setelah pada 2014 berhasil menduduki peringkat dua nasional.
Dia mengatakan, kondisi kemiskinan yang dialami masyarakat Kota Sawahlunto masih dalam kategori tidak rumit seperti di kota-kota lainnya di Indonesia dengan jumlah penduduk lebih banyak, sehingga lebih mudah untuk dilakukan upaya-upaya mengentaskannya.
"Jumlah penduduk miskin hanya 1.340 orang pada 2015 dan berdasarkan data indikator kemiskinan makro Sawahlunto tahun tersebut memiliki angka statistik hanya 0,03 persen," ujarnya.
Dia menjelaskan, jika program penguatan ekonomi di kota itu dilaksanakan lebih terencana dan tepat sasaran diyakini akan sangat membantu mempercepat pengentasan kemiskinan serta memberikan dampak positif dalam perlambatan pertumbuhan penduduk miskin.
Sejauh ini, lanjutnya, pihaknya mencatat upaya Pemerintah Kota Sawahlunto dalam mengembangkan perekonomian masyarakat dengan memanfaatkan semua potensi yang dimiliki terutama yang terkait dengan ekonomi kerakyatan, sudah cukup baik dan terbukti mampu menciptakan efek positif tersebut.
"Salah satunya dengan mendorong pengembangan kerajinan tenun songket Silungkang melalui kegiatan pelatihan terhadap masyarakat yang memiliki keinginan untuk menekuni kerajinan yang diketahui telah ada sejak seratus tahun silam lebih," imbuhnya.
Menyikapi upaya tersebut, Wali Kota Sawahlunto, Ali Yusuf mengatakan pihaknya menargetkan pertumbuhan pengerajin tenun songket Silungkang mencapai 50 orang setiap tahunnya.
"Selain membangun perekonomian, upaya itu merupakan bentuk mempertahankan kekayaan budaya lokal yang tumbuh dan berkembang di masyarakat kota ini sejak lama," kata dia.
Selain itu, pengembangan kerajinan tenun songket Silungkang juga diproyeksikan mampu mendorong sektor pariwisata di kota itu dengan mempertahankan songket silungkang sebagai ikon buah tangan unggulan.
Sementara itu Ketua Komisi II DPRD Kota Sawahlunto, Bakri SP ME, menilai upaya yang telah dilakukan seluruh pihak terkait dalam mendorong terjadinya perlambatan tingkat kemiskinan di kota itu masih memerlukan kajian-kajian yang mendalam dan terstruktur. (Ant).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Leli Nurhidayah