Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore, bergerak menguat sebesar 17 poin menjadi Rp13.536, dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.553 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah terlihat mulai menguat sejalan dengan mulai turunnya imbal hasil di surat utang negara, pertanda meredanya ketidakpastian global," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Rabu (30/11/2016).
Di sisi lain, lanjut dia, adanya kesepakatan antara pihak yang akan melakukan aksi damai dengan kepolisian meredam kekhawatiran pelaku pasar uang di dalam negeri.
"Demonstrasi diharapkan berlangsung damai, sehingga laju rupiah stabil ke depannya," katanya.
Kendati demikian, ia mengatakan bahwa penguatan mata uang domestik relatif masih terbatas, pelaku pasar juga akan fokus pada data pertambahan tenaga kerja nonpertanian Amerika Serikat yang sedianya akan dirilis pada akhir pecan ini.
Analis Monex Investindo futures Agus Chandra menambahkan bahwa adanya sikap "dovish" dari salah satu pejabat the Fed turut mendorong mata uang berisiko seperti rupiah menguat.
"Pada pidato sebelumnya William Dudley memberikan komentar yang netral terkait suku bunga. Pernyataan sikap dovish dapat menahan laju dolar AS," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.563 dibandingkan Selasa (29/11) Rp13.549. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto