Mulai membaiknya harga komoditas mentah seperti batu bara dan juga sawit diprediksi bakal mempengaruhi permintaan kredit. Pulihnya harga komoditas secara serta merta akan meningkatkan daya beli masyarakat dimana komoditas itu dihasilkan.
Mengacu pada ?data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Harga Batu Bara Acuan (HBA) periode September 2016 mencapai US$ 63,93 per ton. Harga tersebut naik sekitar 9% dibandingkan HBA Agustus yang mencapai US$ 58,37 per ton. Harga batu bara terus merangkak naik semenjak Mei lalu. HBA pada awal 2016 berada di level US$ 53,20 per ton.
Ekonom Citi Indonesia Helmi Arman mengatakan, meningkatnya daya beli masyarakat akan mendorong sector swasta untuk meningkatkan belanja modal.
?Dengan meningkatnya daya beli di tahun depan, kami berharap belanja modal swasta akan meningkat, dan ini dampaknya akan bagus untuk sektor manufaktur di Jawa. Karena biasanya saat swasta melakukan ekspansi biasanya penyerapan tenaga kerja akan semakin baik,? katanya, Rabu (7/12).
Lebih lanjut dirinya mengatakan membaiknya daya beli masyarakat juga akan berdampak pada penurunan rasio non performing loan (NPL). Sementara terkait dengan Gross Domestic Product (GDP) growth, dirinya optimistis pertumbuhan GDP akan menembus angka 5,3%, atau berada pada angka maksimal proyeksi pemerintah yang di proyeksi berada di rentang 5% hingga 5,3%.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gito Adiputro Wiratno
Editor: Rahmat Patutie
Tag Terkait: