Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed pada tahun 2017 mendatang diperkirakan bakal melanjutkan pengetatan kebijakan moneternya melalui kenaikan suku bunga acuan. Makin agresifnya kebijakan moneter AS dipicu oleh rencana implementasi fiskal yang lebih ekspansif oleh Presiden terpilih, Donald Trump.
Ekonom Bank Permata Joshua Pardede menuturkan dampak pengetatan kebijakan moneter tersebut diperkirakan akan mendorong pelemahan nilai tukar rupiah serta koreksi di pasar keuangan baik di pasar saham dan obligasi.
"Meski begitu, faktor fundamental ekonomi yang semakin membaik pada tahun depan diharapkan dapat terus menarik minat investasi," katanya kepada Warta Ekonomi di Jakarta, Kamis (15/12/2016).
Lebih lanjut, dirinya mengatakan kebijakan fiskal yang semakin kredibel ditunjukkan dengan APBN yang feasible tentunya akan mendorong kenaikan soverign rating Indonesia oleh Standard & Poors pada tahun depan.
Mengacu pada data Bloomberg, pada pukul 14.57 WIB, rupiah melemah 102 poin atau 0,77% ke level ?Rp13.396 per dolar AS. Sementara itu, Bahana Securities memproyeksikan rupiah akan berada pada kisaran Rp 13.500 per dolar.
Sebagai catatan, kenaikan Fed Rate ini merupakan indikasi dari mulai membaiknya ekonomi AS. Hal tersebut membuat pelonggaran moneter yang telah dilakukan selama hampir 10 tahun di negeri Paman Sam tersebut harus diakhiri.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gito Adiputro Wiratno
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: