Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat (23/12/2016) pagi bergerak melemah sebesar 23 poin menjadi Rp13.460, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.437 per dolar AS.
"Dolar AS menguat merespon angka revisi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat yang naik melebihi ekspektasi pasar. Penguatan dolar AS, juga diikuti oleh kenaikan imbal hasil US Treasury," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Jumat.
Ia mengemukakan bahwa PDB AS meningkat pada tingkat tahunan menjadi sebesar 3,5 persen pada kuartal ketiga tahun ini, tingkat pertumbuhan itu direvisi naik dari estimasi 3,2 persen.
Sementara itu, lanjut dia, kenaikan prospek peringkat oleh Fitch Ratings hanya memberikan sentimen positif ke pasar surat utang negara (SUN) yang mana imbal hasil tenor 10 tahun kembali turun.
"Namun, aliran dana asing yang masih konsisten masuk ke instrumen SUN turut mencegah pelemahan rupiah terhadap dolar AS lebih dalam," katanya.
Secara umum, lanjut dia, harga komoditas yang relatif bertahan di level tinggi juga masih mempertahankan kepercayaan investor terhadap prospek likuiditas dolar AS di Indonesia.
Menurut dia, keputusan pemerintah yang merelaksasi ekspor mineral juga turut menjaga likuiditas kusr asing di dalam negeri, kondisi itu membuat ekspektasi terhadap perbaikan surplus perdagangan tetapi juga prospek pertumbuhan ekonomi pada 2017 mendatang.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa diharapkan pelemahan rupiah dapat dimanfaatkan pelaku pasar untuk mengakumulasi mengingat fundamental ekonomi Indonesia masih positif.
"Penguatan secara teknikal kemungkinan dapat diharapkan untuk rupiah bergerak menguat meski terbatas," katanya. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto