Manajemen PT Telkomsel menyatakan perusahaan telekomunikasi lain juga harus ikut membangun kabel optik ke Papua agar keterisolasian komunikasi akibat kerusakan jaringan bisa dihindari.
"Telkom Grup sudah punya backbone (Sulawesi Maluku Papua Cable System/SMPCS), permasalahannya adalah pemain (perusahaan telekomunikasi) tidak hanya Telkomsel, dan kapan pemain lain ikut bangun," kata General Manager External Corporate Communication PT Telkomsel Denny Abidin, di Malang, Jawa Timur, Kamis (12/1/2017).
Ia mengatakan sebagai perusahaan telekomunikasi yang berada di Indonesia, tidak boleh hanya memikirkan unsur bisnis semata.
Berbeda dengan Telkomsel yang juga meningkatkan dan memperluas layanan jaringannya di Papua. "Pemain lain punya 'backbone' tapi mereka tidak masuk ke Papua karena secara ekonomika tidak masuk, tapi bagi kami tidak. memang jadi konsekuensi yang wajar ketika hanya Telkomsel yang hadir, begitu SMPCS putus, ya tidak ada alternatif," kata dia.
Menurutnya "backbone" yang merupakan saluran atau koneksi berkecepatan tinggi yang menjadi lintasan utama dalam sebuah jaringan, yang kini dalam berbentuk kabel optik bawah laut, merupakan solusi yang dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Papua.
Hanya saja, Denny nmenyayangkan masih enggannya operator seluler lain untuk menghadirkan layanan komunikasinya di Papua seperti yang mereka hadirkan di Pulau Jawa.
"Ya saya sih mengimbau pelaku industri yang lain, mari sama-sama bangun, paling tidak ada tiga backbon. Jadi ketika satu putus masih ada dua jalur," ujarnya lagi.
Ia pun meminta maaf kepada masyarakat di Papua, khususnya Jayapura, yang kenyamanannya dalam mengakses layanan Telkomsel terganggu akibat putusnya SMPCS pada 29 Desember 2016.
Denny mengklaim isu-isu yang mengatakan bahwa Telkomsel hanya mementingkan faktor bisnis semata, tidaklah benar karena banyak tempat di Papua yang potensinya kurang baik namun pihaknya tetap menghadirkan layanan di wilayah tersebut.
"Kami menyampaikan permohonan maaf karena tidak seperti di Jawa yang backbonenya di darat jadi ketika ada masalah bisa diperbaiki dalam beberapa hari saja. Kalau untuk di Papua memang agak spesifik, jalur kabel optiknya di bawah laut, teknologinya khusus, kapalnya khusus, bahkan teknisinya khusus," katanya.
"Dalam membangun jaringan kita, di beberapa daerah sebenarnya secara ekonomical belum menguntungkan buat kita, tapi akhirnya karena komitmen kita kalau sudah bangun tidak mungkin kita cabut. Jadi kalau hanya mengambil untung, sangat tidak," sambung Denny. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: