Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Mengenal Filosofi Sepak Bola Luis Milla (II)

        Mengenal Filosofi Sepak Bola Luis Milla (II) Kredit Foto: WE
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Strategi Barcelona ini pun menular ke tim nasional Spanyol. Banyaknya pemain inti tim Catalan bertinggi pas-pasan yang masuk ke tim Matador membuat gaya permainan tim nasional mengikuti Barcelona, "tiki-taka".

        Dengan bermaterikan pemain-pemain pendek seperti Xavi, Iniesta, David Villa (1,75 meter), Spanyol menjadi yang terbaik di Piala Eropa pada tahun 2008, 2012 dan juara dunia pada tahun 2010.

        Karena dianggap sukses, pola permainan yang sama kemudian ditularkan ke tim nasional kelompok umur lainnya, termasuk ke U-21 yang menjadi kampiun di Eropa pada tahun 2011 ketika dilatih oleh Luis Milla.

        U-21 Spanyol era-Milla Tim nasional U-21 dihuni para pemain berbakat yang kelak mengisi susunan tim banyak klub papan atas dunia. Pada Piala Eropa U-21, mereka berhasil mengalahkan Swiss dengan skor 2-0 di babak final.

        Luis Milla ketika itu memiliki banyak pemain kreatif dan berbakat di skuadnya. Milla kerap menggunakan formasi 4-2-3-1 untuk membongkar pertahanan lawan.

        Posisi penjaga gawang tim diisi oleh David de Gea, yang kini bermain untuk Manchester United. Kemudian di barisan belakang ada nama-nama seperti Martin Montoya (sekarang pemain Valencia), Alberto Botia (Olympiacos), Alvaro Dominguez (pensiun) dan Didac Vila (AEK Athens).

        Di barisan tengah, Javi Martinez (Bayern Muenchen) menjadi gelandang bertahan, ditemani Thiago Alcantara (Bayern Muenchen).

        Di depan mereka ada Juan Mata (Manchester United) di sisi kanan, Ander Herrera (Manchester United) dan Iker Munian (Athletic Bilbao).

        Sebagai ujung tombak, Milla memasang penyerang Adrian Lopez (FC Porto).

        Dikutip dari laman resmi UEFA, Spanyol menjadi tim yang tersubur selama kompetisi dengan mencetak 11 gol dan hanya kebobolan dua kali.

        Kunci permainan Spanyol kala adalah Juan Mata, gelandang kreatif yang di akhir kompetisi didaulat menjadi "golden player". Pemain yang fasih bermain sebagai tengah, kiri maupun kanan itu mengkreasikan dua umpan gol (assist) selama Piala Eropa U-21 tahun 2011, tertinggi di kejuaraan dan dua kali melesakkan bola ke gawang.

        Untuk menyeimbangkan transisi dari bertahan ke menyerang, Milla punya jaminan mutu dalam diri Javi Martinez, kapten tim saat itu. Dia bergerak agresif memotong bola lawan. Tidak heran, Martinez merupakan pemain yang paling banyak melakukan pelanggaran, 15 kali dan mengoleksi tiga kartu kuning.

        Selain menjadi juara, pemainnya mendapatkan gelar "golden player", assist terbanyak, tim Matador juga menempatkan sang penyerang Adrian Lopez, sebagai pencetak gol terbanyak.

        La Furia Roja U-21 sendiri tidak melulu memiliki penguasaan bola lebih dari 60 persen, seperti yang lazim ditampilkan seniornya. Dikutip dari BBC, saat melawan Inggris U-21 yang berakhir dengan skor 1-1 di babak grup, Spanyol mencatatkan penguasaan bola 50 persen.

        Di babak final yang mereka menangkan, perbandingan penguasaan bola dengan Swiss adalah 51:49. Artinya, Milla lebih mementingkan efektivitas serangan. Catatan UEFA, Tim "La Furia Roja" menjadi yang paling agresif dengan rata-rata hanya melepaskan tujuh tendangan melenceng dari 35 percobaan.

        Milla meminta timnya untuk bergerak efektif dan mencari ruang untuk menerima bola. Dengan pemain-pemain berpostur mungil seperti Juan Mata (1,70 meter), Thiago (1,72 meter) dan Iker Muniain (1,69 meter), tim U-21 Spanyol bergerak lincah sembari melakukan operan-operan pendek. Tidak jarang mereka juga saling bertukar tempat, yang membingungkan lawan.

        UEFA menggambarkan sistem ini melalui peran Mata. "Mata, yang beroperasi dari sisi kiri, kerap menjelajah lapangan dan bertukar tempat dengan Thiago Alcantara, juga pemain sayap Iker Muniain. Pemain bernomor punggung 10 ini sangat sulit ditaklukkan," tulis federasi sepak bola Eropa tersebut dalam laman resminya.

        Tipe permainan seperti inilah yang diinginkan PSSI dari Luis Milla. Direktur Teknik Tim Nasional PSSI yang juga anggota panel pemilihan pelatih timnas, Danurwindo menganggap Milla bisa menularkan permainan menekan dengan umpan-umpan pendek.

        PSSI mau tinggi badan pemain tim nasional, yang rata-rata 1,75 meter, tidak lagi menjadi kendala.

        "Milla ingin pemain pintar membaca permainan, menguasai bola dan setelahnya melakukan eksekusi," tutur Danurwindo.

        Dengan kontrak selama dua tahun, Milla sepertinya akan sibuk memilih pemain terbaik Indonesia untuk mengisi skuadnya. Targetnya adalah juara SEA Games 2017 di Malaysia, membawa Indonesia ke peringkat 130 FIFA sampai akhir tahun 2017 dan posisi empat besar di Asian Games 2018. (Ant/Michael Teguh Adiputra Siahaan)

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Sucipto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: