Keterampilan merajut adalah keterampilan yang dikerjakan dengan sabar dan sangat hati hati, biasanya keterampilan merajut banyak dikerjakan oleh para ibu rumah tangga untuk mengisi waktu luang sekaligus menghasilkan uang.
Sebab itulah, komunitas ibu rumah tangga di pinggir Sungai Deli, Jalan Kampung Aur, Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun, Sumatera Utara yang tergabung dalam Gerakan Mamak Rajut Sungai Deli (Gemarsude) mengembangkan hobi merajut.
Mereka membuat beragam kerajinan tangan seperti tas, dompet, alas meja, sandal, dan sepatu. Kegiatan ini sebagai salah satu kegiatan untuk menambah penghasilan dengan menggunakan benang rajut dan jarum kait.
Lolo Roma Chan dan Badriah dari Yayasan Fajar Sejahtera Indonesia (Yafsi) memberikan pelatihan bagi puluhan warga agar memiliki kreativitas yang semuanya dikerjakan di pinggir Sungai Deli ini.
"Tujuannya untuk meningkatkan kreativitas kaum ibu di Kampung Aur agar berpotensi untuk kesejahteraan masyarakat. Hasil dari kerajinan ini nantinya akan dijual baik melalui online maupun door to door," kata Ketua Gemarsude, Arsini, di Medan, Sabtu kemarin (4/2/2017).
Dikatakannya, kegiatan merajut ini awalnya karena banyak ibu rumah tangga warga Kampung Aur yang gemar merajut. Ia mengatakan untuk aktivitas merajut sudah berlangsung setengah tahun terakhir.
"Nah, kebetulan di Kampung Aur sedang marak kegiatan anak-anak Sungai Deli yang tergabung dalam Labusude, Laskar Bocah Sungai Deli, dan di situlah mulai tercetus kegiatan merajut ini hingga akhirnya terbentuk Gemarsude," ujarnya.
Beragam hasil karya para ibu ini ditawarkan dengan warga yang bervariasi, tergantung tingkat kesulitan cara pembuatan serta besar kecilnya karya kerajinan. Produk yang dihasilkan dibanderol mulai harga Rp150.000 hingga Rp550.000 per satuan. Untuk pemasaran, ia mengatakan pihaknya masih mengandalkan pemasaran online di samping menawarkan ke konsumen secara langsung.
Badriah mengatakan kegiatan pelatihan merajut ini merupakan program Yafsi untuk melakukan pemberdayaan kepada perempuan Kampung Aur.
"Ini pertamanya dari workshop merajut di Kampung Aur, kemudian dilanjuti dengan kegiatan merajut yang semuanya difasilitasi dari Yafsi termasuk menyediakan tutornya," ujarnya.
Sementara itu, Lolo mengatakan kerajinan tangan yang diajarkannya ini selain dengan otodidak juga memanfaatkan internet dan buku. "Kalau buat sepatu belajar dari guru di Bogor," ujarnya.
Mereka mengerjakan rajutan ini hanya seminggu sekali ketika pekerjaan rumah telah selesai dikerjakan. "Kami membuat rajutan ini untuk mengisi waktu luang. Kalau bisa dipasarkan menjadi uang, saya rasa tidak ada salahnya," ujarnya.
Berbicara tentang omzet, Lolo menjelaskan belum mendapatkan omzet yang mereka harapkan sebab pekerjaan ini memang sepenuhnya dilakukan sebagai?pekerjaan sampingan.
"Jika ke depannya berkembang, kita akan kerja sama dengan perusahaan atau bank yang membantu masalah permodalan agar usaha komunitas para ibu ini semakin berkembang," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Cahyo Prayogo