Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        BPS Catat Nilai Impor Lampung Naik 42,44 Persen

        BPS Catat Nilai Impor Lampung Naik 42,44 Persen Kredit Foto: Cahyo Prayogo
        Warta Ekonomi, Bandar Lampung -

        Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung menyatakan nilai impor Provinsi Lampung pada Januari 2017 mencapai 236,04 juta dolar Amerika Serikat atau mengalami kenaikan 42,44 persen dibandingkan Desember 2016.

        "Nilai impor Januari 2017 tersebut lebih tinggi 82,50 juta dolar AS atau naik 53,71 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun 2016," kata Kepala BPS Provinsi Lampung Yeane Irmaningrum, di Bandarlampung, Jumat (17/2/2017).

        Ia menyebutkan, kenaikan impor terjadi pada empat golongan barang utama di antaranya gula dan kembang gula naik 130,68 persen, biji-bijian berminyak naik 151,35 persen, mesin-mesin/pesawat mekanik naik 7,79 persen, dan ampas/sisa industri makanan naik sebesar 10,23 persen.

        Sedangkan, lanjutnya, satu golongan barang utama yang mengalami penurunan yaitu binatang hidup turun sebesar 83,51 persen.

        Menurutnya, kontribusi lima golongan barang utama terhadap total impor Provinsi Lampung pada Januari 2017 mencapai 33,46 persen, dengan rincian gula dan kembang gula 17,42 persen, biji-bijian berminyak 5,10 persen, mesin-mesin pesawat mekanik 4,81 persen, ampas/sisa industri makanan 3,87 persen, dan binatang hidup 2,25 persen.

        "Sedangkan andil impor migas terhadap total impor yaitu sebesar 58,35 persen," katanya pula.

        Yeane menjelaskan, negara pemasok barang impor ke Provinsi Lampung pada Januari 2017 menurut kelompok negara utama berasal dari Uni Emirat Arab sebesar 64,47 juta dolar AS, Qatar 42,86 juta dolar AS, Tiongkok 16,13 juta dolar AS, Amerika Serikat 15,57 juta dolar AS, disusul Argentina 6,58 juta dolar AS, dan Australia 5,91 juta dolar AS.

        "Jika dilihat menurut kelompok negara, impor terbesar berasal dari kelompok negara utama lainnya yang mencapai 151,53 juta dolar AS, kemudian diikuti negara ASEAN 73,94 juta dolar AS, dan Uni Eropa 4,11 juta dolar AS," kata Yeane pula. (Ant)

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Sucipto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: