Pertumbuhan industri manufaktur di Sumatera Utara pada triwulan IV-2016 turun sebesar 6,32 persen apabila dibandingkan dengan triwulan IV-2015. Sementara itu, pertumbuhan produksi industri manufaktur nasional mengalami kenaikan 2,06 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara Syech Suhaimi mengatakan penurunan ini disebabkan oleh permintaan konsumen (pasar) sedikit menurun terhadap produk-produk dari industri besar dan sedang. Di samping itu daya beli masyarakat sedikit menurun sehingga berdampak pada penurunan permintaan.
"Hal ini mencerminkan kinerja industri manufaktur besar dan sedang nasional lebih baik jika dibandingkan dengan Sumut," katanya di Medan, beberapa waktu lalu.
Dikatakannya, industri minuman termasuk yang mengalami penurunan pertumbuhan mencapai 21,19 persen. Industri yang mengalami kenaikan pertumbuhan antara lain kertas dan barang kertas 17,60 persen; karet, barang dari karet, dan plastik 16,62 persen; bahan kimia dan barang dari bahan kimia 15,15 persen; kayu, barang dari kayu, dan gabus (tidak termasuk furniture) dan barang anyaman dari bambu, rotan, dan sejenisnya sebesar 14,71 persen; barang logam bukan mesin dan peralatannya sebesar 8,75 persen; makanan sebesar 0,70 persen dan logam dasar 0,10 persen.
Sedangkan untuk produksi industri manufaktur besar dan sedang (qtq) pada triwulan IV-2016 penurunannya sebesar 13,45 persen dibanding triwulan III-2016. Hal ini disebabkan perlambatan?pertumbuhan produksi di beberapa jenis industri di Sumatera Utara.
"Jenis-jenis industri yang mengalami penurunan antara lain kertas dan barang kertas sebesar 12,90 persen; makanan 12,54 persen; minuman 5,27 persen; dan logam 1,42 persen," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Cahyo Prayogo