Pengamat lingkungan hidup dari Universitas Andalas (Unand), Padang, Sumatera Barat (Sumbar), Dr Ardinis Arbain mengatakan kerusakan hutan di hulu sungai dan curah hujan yang tinggi menjadi pemicu terjadinya banjir disertai longsor di Kabupaten Limapuluh kota.
"Vegetasi penutup yang kurang baik akibat kerusakan hutan disertai curah hujan tinggi yang terjadi beberapa hari terakhir menjadi penyebab banjir dan longsor," kata dia di Padang, Sabtu (4/3/2017).
Ia menjelaskan penebangan hutan hingga pengalih fungsi lahan menjadi fungsi lain, seperti pemukiman maupun perkebunan, membuat kawasan tersebut menjadi minim daerah serapan air.
"Semakin minim daerah serapan air terutama ketika terjadi curah hujan yang tinggi, akan membuat banjir dan longsor terjadi, apalagi di daerah yang berbukit-bukit seperti itu," katanya.
Salah satu solusi yang tepat untuk pencegahan banjir dan longsor di masa yang akan datang, menurutnya adalah, adanya daerah tangkapan air dari Limapuluh kota hingga ke Kabupaten Pasaman.
Adanya perhatian pemerintah, katanya, terhadap kawasan tersebut dapat meminimalisir kejadian di masa yang akan datang, sehingga dapat mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Ia mengingatkan agar masyarakat tidak mendirikan rumah di daerah tebing, yang memiliki risiko terjadinya longsor.
Terdapat 23 titik longsor dan banjir di Kabupaten Limapuluh Kota, akibat curah hujan tinggi yang melanda daerah itu sejak beberapa hari terakhir.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Limapuluh Kota, Nasriyanto mengatakan berdasarkan data yang dihimpun di lapangan, dari 23 lokasi tersebut, terdapat 13 titik longsor dan 10 lokasi banjir.
Dari 13 titik longsor, tujuh di antaranya terjadi di Nagari Koto Alam dan satu titik di Sibunbun Nagari Tanjung Balik, Kecamatan Pangkalan Koto Baru.
Selain itu, tiga titik di Nagari Maek, Kecamatan Bukit Barisan, dua titik sebelum Kelok Sebilan, tepatnya di Air Putiah, Kecamatan Harau.
Banjir melanda 10 lokasi, di antaranya Nagari Sopang, Pangkalan, dan Gunuang Malintang, Kecamatan Pangkalan Koto Baru.
Kemudian, di Kecamatan Kapur IX, Nagari Limbanang Baruah, Kecamatan Suliki, Nagari Mungka, Kecamatan Mungka, dan Nagari Subarang air, Balai Panjang, dan Bukik Sikumpa, Kecamatan Lareh Sago Halaban.
"Lokasi tersebut merupakan wilayah yang rawan longsor saat curah hujan tinggi, karena medannya perbukitan terjal," ujar dia. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait: