Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore (14/3/2017) bergerak melemah sebesar 13 poin menjadi Rp13.369, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.356 per dolar AS.
"Menjelang dimulainya rapat kebijakan moneter (Bank Sentral AS) The Fed mengenai suku bunga acuannya (Fed Fund Rate), dolar AS mulai mengumpulkan momentum penguatan," kata analis Monex Investindo futures Putu Agus di Jakarta, Selasa.
Menurut Putu Agus, tingginya probabilitas kenaikan suku bunga di Amerika Serikat akan terus menjaga kinerja dolar AS. Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group. pasar saat ini melihat probabilitas kenaikan suku bunga sebesar 95,2 persen.
"Dengan kenaikan suku bunga yang dipandang hampir pasti, para investor saat ini juga sedang menunggu petunjuk terbaru dari the Fed terhadap ekspektasi kenaikan suku bunga berikutnya pada tahun ini," katanya.
Di sisi lain, lanjut Putu Agus, harga minyak mentah yang cenderung tertahan penguatannya menyusul kenaikan stok di Amerika Serikat, turut mempengaruhi pola pergerakan mata uang rupiah.
Terpantau harga minyak jenis WTI Crude menguat 0,32 persen menjadi 48,72 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,39 persen menjadi 51,74 dolar AS per barel.
Sementara itu, ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa pergerakan mata uang rupiah terhadap dolar AS relatif masih stabil, hal itu dikarenakan sebagian pelaku pasar uang telah memperhitungkan dampak dari kenaikan suku bunga AS.
"Kekhawatiran pasar terhadap dampak negatif kebijakan The Fed yang merencanakan untuk menaikan suku bunga acuannya sepertinya sudah diantisipasi oleh pelaku pasar," kata Rangga Cipta.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.360 dibandingkan hari sebelumnya (Senin, 13/3) Rp13.364 per dolar AS. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto