Bank Indonesia (BI) mencermati sejumlah risiko kendati pertumbuhan ekonomi global diperkirakan terus membaik. Perekonomian global tetap tumbuh terutama didukung oleh perbaikan ekonomi AS dan negara-negara emerging serta harga komoditas yang meningkat.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan ekonomi AS terus tumbuh didorong oleh konsumsi dan investasi diikuti dengan ketenagakerjaan dan pendapatan yang membaik.
"Selain itu, harga komoditas dunia termasuk harga minyak dan komoditas ekspor Indonesia tetap meningkat," ujar Tirta di Jakarta, Jumat (17/3/2017).
Kendati begitu, sejumlah risiko global perlu terus diwaspadai, termasuk tekanan inflasi yang mulai meningkat di negara maju yang dapat memicu pengetatan kebijakan moneter di negara-negara tersebut.
"Sementara itu, kenaikan Fed Fund Rate (FFR) lebih lanjut akan berpotensi mendorong penguatan mata uang AS dan meningkatkan cost of borrowing," ungkap Tirta.
Kemudian, permasalahan Brexit dan risiko geopolitik di sejumlah negara Eropa terkait menguatnya gelombang populism serta risiko penyelesaian utang Yunani dapat meningkatkan ketidakpastian global.
Merespons hal itu, Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo menyatakan posisi stance kebijakan moneter BI masih dalam akomodatif hati-hati (cautious accommodative) atau netral.
"Artinya, mengenai stance posisi kita sama, kita siap di posisi apapun. Konteks netralnya tolong dilihat karena risiko bisa muncul dari global, domestik, tarif listrik, dan inflasi," papar Dody.
Menurutnya, pada saat inflasi inti mengalami tekanan di atas target tentu harus ada stance yang berubah. "Nanti bisa melalui kebijakan nilai tukar, suku bunga, makroprudensial. Jadi, stance kita masih netral," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: