Dukung Brexit, Qatar Akan Investasi US$6,3 Miliar di Inggris
Qatar berencana untuk berinvestasi senilai ?5 miliar (US$6,3 miliar) ke Inggris. Dana tersebut merupakan komitmen dukungan Qatar kepada Inggris, pasca memutuskan keluar dari keanggotaan Uni Eropa atau terkenal dengan sebutan Brexit.
Saat ini, investasi Qatar di Inggris sendiri telah berjumlah total US$40 miliar. Sejumlah aset berbentuk properti landmarks bernilai tinggi di London, seperti The Shard yang merupakan bangunan pencakar langit tertinggi di Eropa. Aset lain adalah Harrods Department Store, Savoy Hotel dan Canary Wharf yang merupakan distrik berbasis finansial.
Perdana Menteri Qatar Sheikh Abdullah bin Nasser bin Khalifa al-Thani menyatakan, dana senilai ?5 miliar itu akan digulirkan Pemerintah Qatar selama lima tahun ke depan. Abdullah bin Nasser tidak menaruh keraguan bahwa London tetap bisa menjadi pusat keuangan dunia, penantang dominasi New York, pasca keluar dari Uni Eropa. Inggris keluar dari Uni Eropa, setelah bergabung dalam kelompok tersebut sejak tahun 1973.
Dukungan Qatar bukan kali ini saja. Qatar bahkan sempat mengadakan konferensi di London, pada 23 Juni 2017 saat referendum Brexit. CEO Qatar Investment Authority Sheikh Abdullah bin Mohammed bin Saud al-Thani, dalam konferensi tersebut menyatakan, terus mencari peluang investasi di Inggris.
"Bila Pemerintah Inggris membutuhkan, setiap waktu kami siap," kata Abdullah bin Mohammed, yang memimpin perusahaan dengan dana kelolaan US$335 miliar itu, seperti dikutip dari laman Reuters di Jakarta, Jumat (31/3/2017).
Hubungan bisnis antara Qatar dan Inggris memang cukup erat. Sebab, kebutuhan impor gas alam cair (LNG) Inggris selama ini, sebanyak 90 persennya dipasok oleh Qatar. Kepada Reuters, Menteri Energi Qatar, Mohammed bin Saleh al-Sada menyatakan pasca Brexit, industri manufaktur dan industri di Inggris justru akan berkembang lebih pesat. Akibat dari pertumbuhan tersebut, kebutuhan energi di Inggris juga tetap akan meningkat.
Qatar mengapresiasi langkah Inggris yang menyepakati perjanjian perdagangan bebas dengan enam negara yang tergabung dalam Gulf Cooperation Council, yang di antaranya adalah Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Qatar dan juga negara Timur Tengah lainnya tengah berusaha mendiversifikasi pendapatan, tidak hanya dari perdagangan minyak dan gas saja.
Sebab, kejatuhan harga minyak dalam dua tahun terakhir telah menyebabkan kondisi keuangan mereka terbebani. Qatar pun berupaya keras mendiversifikasi pendapatan, salah satunya menjadi tuan rumah Piala Dunia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gregor Samsa
Editor: Dewi Ispurwanti