Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga secara resmi melepas produk furnitur untuk diekspor ke Jepang dan Belanda dari Kawasan Industri Tambak Aji, Semarang Barat, Jawa Tengah.
Menteri ?Puspayoga yang tiba di Kawasan Industri Tambak Aji, Semarang Barat, Jawa Tengah, pada Kamis siang menyampaikan, "Kami berharap upaya ini menjadi langkah awal bagi UKM lain di Indonesia untuk memperluas pemasaran dan jaringan usaha," kata Puspayoga, Kamis (13/4/2017).
Pada kesempatan itu sebanyak 5 kontainer produk furnitur termasuk meja, almari, dan kursi-kursi dikirimkan ke pembeli di Belanda dan Jepang. Adapun, dua UKM yang bersinergi untuk mengekspor produknya ke beberapa pembeli di luar negeri tersebut, yakni Ina Culture Product (ICP) Prima dan UD Permata Furni.
Kedua usaha tersebut juga telah lama menjadi mitra Lembaga Layanan Pemasaran (LLP)-KUKM dan telah mendisplai produknya di Galeri Indonesia Wow Gedung Smesco Jakarta di areal seluas 210 m2 sejak 2007. Menteri Puspayoga mengatakan, pihaknya terus memfasilitasi UKM untuk membuka pasar-pasar baru yang potensial di tengah lesunya bisnis produk furnitur dalam beberapa waktu terakhir.
"Belanda ini pasar yang baru kita jajaki dan ini diharapkan bisa menjadi pasar produk UKM kita yang potensinya besar," katanya.
Puspayoga menambahkan ia bahkan sempat mengunjungi Belanda dan Amerika Serikat akhir tahun lalu salah satunya untuk melihat sendiri potensi pasar produk UKM di negara tersebut.
Pemilik UD Permata Furni Erie Sasmito mengatakan melalui kemitraan dengan para UKM dan perusahaan furnitur lain, ia mengekspor produk-produknya secara rutin ke berbagai pasar di luar negeri di antaranya Belanda (sebagai pasar utama dengan sebanyak 60 persen dari total pasar yang dibidik), Jepang, Australia, Amerika Serikat, dan Kanada.
"Dari pabrik yang kami miliki di Kendal, Mijen, Jepara, dan Tambak Aji rata-rata ekspor per bulan 15 kontainer sebanyak 60 persennya ke Belanda dan sekitarnya," katanya.
Produk yang diekspor sebagian besar berbahan baku kayu jati bekas dan pinus bekas yang tergolong lebih murah dari sisi harga namun mudah didesain dan diberi sentuhan akhir. Erie melibatkan 25-30 UKM di wilayah Jepara, Kendal, dan sekitarnya untuk menjaga pasokan tetap lancar.
Untuk pasar furnitur ekspor sendiri saat ini, Erie mengatakan sedang dalam suasana pasar yang lesu. "Pasar meubel turun drastis karena regulasi dan bisnis dunia. Tapi bukan cermin bahwa industri ini tidak bagus hanya harus direspons dengan baik oleh pelaku industri termasuk kebutuhan domestik yang belum digarap optimal," katanya.
Pada 2016, usahanya mengalami penurunan ekspor dari tahun sebelumnya total senilai Rp58 miliar menjadi hanya Rp52 miliar. Namun untuk tahun ini, total ekspor sampai triwulan tiga 2017 sudah mencapai Rp15 miliar dengan order yang telah diterima hingga Oktober 2017.
"Kami optimistis target penjualan Rp60 miliar bisa tercapai tahun ini," katanya. Namun ia berharap pemerintah mempermudah birokrasi dan perizinan untuk usaha ekspor terutama yang bergerak di bidang furnitur.
Senada disampaikan Pemilik ICP Prima Bambang Setiawan yang sangat berharap pemerintah memberikan insentif dan fasilitas kemudahan bagi para pelaku UKM yang bergerak di bidang furnitur.
"Apalagi saat ini kami sedang mengembangkan jaringan dan kemitraan strategis antarprodusen furnitur sehingga pasar dan produk tetap terjaga kontinuitasnya," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ning Rahayu
Editor: Dewi Ispurwanti
Tag Terkait: