Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro mengatakan investasi global pada sektor eksplorasi migas turun sekitar 24 persen sejak semester-II 2014 sampai 2016, sedangkan sektor eksploitasi turun 18-22 persen pada periode yang sama. Menurut dia, persoalan umum yang membuat investasi di Indonesia menurun, salah satunya regulasi yang tidak stabil sehingga perhitungan risiko bisnis akan sulit dilakukan.
"Dari hasil survei, posisi Indonesia dalam lima tahun terakhir hanya satu level di atas Timor Leste untuk kondisivitas investasi. Yang dilihat dari survei itu ada 15 item, tapi yang dominan masalah regulasi. Regulasi dinilai investor tidak stabil," kata Komaidi dalam suatu sesi diskusi di Jakarta, Selasa (16/5/2017).
Selain itu, iklim politik yang juga tidak stabil akan berdampak pada penerbitan regulasi, baik level Peraturan Menteri (Permen) atau Peraturan Pemerintah (PP) yang seringkali diwarnai pengaruh politik. Ia menambahkan ada ketidaksepahaman antarkementerian yang membuat investasi di Indonesia kurang menarik, salah satunya pemberian insentif pajak.
"Insentif fiskal di pandangan Kementerian Keuangan, oleh K3S dan Kementerian ESDM seringkali berbeda. Kemenkeu lihat insentif menyebabkan target-target tidak tercapai, sedangkan SKK melihat itu penting untuk meningkatkan investasi," ungkapnya. (ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat