Wakil Ketua MPR, Oesman Sapta Odang, mengatakan perbaikan pelayanan terkait penanaman modal penting untuk menarik investasi dari luar negeri.
"Ekonomi bicara soal servis, jadi 'one stop service' itu tepat," kata Oesman, yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Perwakilan Daerah, dalam acara temu usaha perdagangan investasi pariwisata Indonesia-Tiongkok-Malaysia di gedung Dhanapala, Jakarta, Kamis (18/5/2017).
Acara temu usaha Indonesia-Tiongkok-Malaysia tersebut merupakan kelanjutan dari inisiasi forum One Belt One Road. Kegiatan tersebut diproyeksikan mampu membawa 20 miliar dolar AS sebagai investasi ke Indonesia dari China.
"Kelompok ini akan mengembangkan 20 miliar dolar AS, itu tidak gampang. Tentu mereka yang akan investasi akan melihat sampai di mana kemudahan melakukan investasi, dan juga mencari perimbangan dari negara lain," kata dia.
Selain memberi saran terkait perbaikan pelayanan penanaman modal, Oesman juga mengusulkan perlunya strategi mengenai arah hubungan tiga jalur tersebut.
"Struktur organisasi dari tiga negara juga perlu dipikirkan akan dibikin seperti apa, jangan sampai ada yang lebih besar," ucap dia.
Kemudian, lanjut Oesman, diperlukan pula kecepatan yang terukur serta evaluasi untuk memastikan bahwa program-program dapat berjalan baik.
Ia terutama mengharapkan adanya perimbangan nilai perdagangan antara Indonesia dan China guna mendukung pertumbuhan ekonomi dua negara.
"Perdagangan Indonesia dengan China masih defisit. Indonesia lebih besar mengimpor barang dari China. Ini harusnya seimbang," kata Oesman.
Sebagaimana diketahui, Badan Pusat Statistik mencatat secara kumulatif neraca perdagangan Indonesia pada Januari-April 2017 tercatat surplus sebesar 5,33 miliar dolar AS dengan ekspor mencapai 53,86 miliar dolar AS dan impor sebesar 48,53 miliar dolar AS.
Pada 2016, surplus neraca perdagangan untuk periode yang sama tercatat sebesar 2,65 miliar dolar AS. Tren surplus neraca perdagangan pada 2017 jauh lebih tinggi jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Negara-negara yang tercatat sebagai penyumbang defisit bagi Indonesia selama periode Januari-April 2017 antara lain China yang mencapai 4,10 miliar dolar AS, Thailand 1,21 miliar dolar AS, dan Australia sebesar 997 juta dolar AS.?(Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil