Crowde, platform investasi bersama di bidang agrikultur, menargetkan 5.000 investor untuk menanamkan modal di sektor agrikultur. Selama ini Crowde baru memiliki 1000 investor yang berinvestasi di sektor tersebut.
"Kita masih belum begitu banyak, kurang penetrasi kita baru 1.000 investor. Tahun ini kita ingin mencapai 5.000 investor," ujar CEO Crowde.co Yohanes Sugihtononugroho dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (17/5/2017).
Menurutnya, target tersebut sangat realistis lantaran belakangan ini Crowde selalu kekurangan proyek pertanian atau peternakan yang dapat diinvestasikan. Hal ini menunjukkan pertumbuhan investor sangatlah cepat.
"Itu sudah realistis soalnya growth terakhir kita sangat tinggi sampai kita kekurangan proyek. Misalnya malam ini keluar empat proyek yang bisa diinvestasikan, besok paginya sudah tinggal satu proyek. Jadi begitu banyaknya antusias," jelas dia.
Untuk menutupi gap kekurangan tersebut, tahun ini Crowde bakal membidik 1.000 petani dalam tempo enam bulan. Asal tahu saja saat ini baru 350 petani yang bergabung di Crowde.co.
"Strateginya kita cari partner-partner strategis untuk ke situ. Jadi kita akan kerja sama dengan?banyak koperasi, perusahaan juga banyak yang join?sama kita, terus eksportir dan komunitas-komunitas," ungkap Yohanes.
Lebih jauh, katanya, tidak hanya bagi Crowde, strategi ini juga berdampak positif bagi kegiatan koperasi di daerah-daerah.
"Sebenarnya kalau bapak cek banyak koperasi yang sudah mati. Dengan adanya kita, koperasi jadi lebih hidup banyak orang yang mau gabung lagi jadi anggota, kenapa? Karena kita selalu wajibkan yuk join koperasi lagi supaya petani terwadahi," tukasnya.
Sekadar informasi, Crowde merupakan platform investasi bersama di bidang agrikultur yang sangat terjangkau. Pasalnya hanya dengan minimal Rp10.000, investor sudah bisa berinvestasi sekaligus ikut membantu meningkatkan kesejahteraan petani.
Yohanes beralasan dirinya fokus di sektor agrikultur karena 41% warga Indonesia bekerja di bidang tersebut. Namun potensi di bidang ini belum dimanfaatkan maksimal hingga para pelakunya masih 2.1 kali lebih miskin dibanding pekerja bidang lain.
"Crowde ingin membantu petani mendapatkan modal lebih mudah dengan menghubungkan proyek yang membutuhkan dana dan investor yang tertarik di bidang agrikultur. Kami bekerja sama dengan koperasi, komunitas, dan perusahaan untuk mendapatkan rekomendasi petani terbaik yang berpotensi tinggi, namun masih membutuhkan dana," paparnya.
Selain bidang pertanian, Crowde juga telah merambah peternakan dan perikanan sehingga terdapat lebih dari 30 bidang investasi seperti cabai, timun, sapi, hingga lele, patin dan lain sebagainya. Dia menjelaskan bahwa untuk menumbuhkan rasa kepemilikan, Cowde menerapkan sistem bagi hasil dalam setiap proyek kepada investornya.
"Sistem bagi hasil adalah solusi bagi petani maupun investor karena selain tidak merugikan petani, juga menumbuhkan rasa kepemilikan bagi investor," tutupnya.
Kemudian untuk memantau proyek, seluruh pihak dapat melihat langsung status investasi dan perkembangannya di dalam platform tersebut. Fitur ini diharapkan dapat mengubah anggapan masyarakat terhadap bidang agrikultur yang sering dikaitkan dengan penipuan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: