Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        BI: Kenaikan Tarif Listrik Picu Inflasi Jabar 0,45% 

        BI: Kenaikan Tarif Listrik Picu Inflasi Jabar 0,45%  Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
        Warta Ekonomi, Bandung -

        Tekanan inflasi di bulan Mei meningkat dibanding bulan sebelumnya yang disebabkan oleh mulainya bulan Ramadhan dan lanjutan kebijakan pemerintah terkait dengan kenaikan tarif listrik 900va tahap III. Hal ini tercermin dari inflasi Mei 2017 sebesar 0,45% (mtm) atau meningkat dibanding April 2017 sebesar 0,17% (mtm).

        Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah (KpW) Jawa Barat, Wiwiek Sisto Widayat menjelaskan jika dibandingkan nasional, inflasi Jawa Barat lebih tinggi (0,39%).?
        Inflasi tahun berjalan Jawa Barat hingga Mei 2017 mencapai 1,84% (ytd), lebih tinggi dibandingkan rata-rata historis (periode 2012-2016) sebesar 0,71% (ytd).?

        "Secara tahunan, inflasi Jawa Barat meningkat dari 3,92% pada April menjadi 4,14% pada Mei 2017 namun masih berada di bawah rata-rata historis sebesar 5,09% (yoy). Inflasi tahunan Jawa Barat pada Mei 2017 kembali tercatat di bawah nasional sebesar 4,33%,"katanya kepada wartawan, Jumat (9/6/2017)

        Berdasarkan disagregasinya, dikatakan Wiwiek tekanan inflasi bulanan tertinggi disumbang oleh kelompok volatile food dan administered prices yang masing-masing memberi andil sebesar 0,24% dan 0,12%, sementara kelompok core inflation memberi andil inflasi lebih kecil yaitu sebesar 0,09%.?

        Sementara itu, secara tahunan, inflasi bulan Mei 2017 terutama disumbang oleh kelompok core dengan andil sebesar 1,69%, disusul oleh kelompok administered prices dan volatile food yang masing-masing memberi andil sebesar 1,67% dan 0,78%.

        Kelompok inflasi inti (core inflation) pada Mei 2017 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,14% (mtm), menurun dibanding bulan sebelumnya sebesar 0,17%. Realisasi ini lebih rendah dibanding rata-rata historis sebesar 0,21% (mtm). Penurunan ini terjadi baik pada sub kelompok core traded (dari 0,22% menjadi 0,20%) maupun non traded (dari 0,10% menjadi 0,05%).?

        "Penurunan inflasi kelompok core inflation akibat nilai tukar rupiah yang cenderung stabil selama bulan Mei 2017 meskipun terdapat depresiasi terbatas dari bulan April sebesar 0,13%.,"terangnya.

        Sedangkan Kelompok harga diatur pemerintah (administered prices/AP) pada Mei 2017 tercatat mengalami inflasi bulanan sebesar 0,55% (mtm), menurun dibanding April sebesar 1,15% (mtm). Secara tahunan, inflasi kelompok AP pada Mei 2017 mencapai 8,49% (yoy).?

        "Hal ini masih diakibatkan karena TTL pelanggan golongan 900VA mengalami kenaikan tahap ketiga sebesar 30,75%. Namun andil inflasi dari kenaikan TTL bulan Mei (0,06%) lebih rendah dibanding April (0,19%) yang disebabkan jumlah pelanggan prabayar yang lebih kecil dibanding pelanggan pascabayar,"ungkapnya.

        Lebih jauh Wiwiek mengungkapkan, selain dari kenaikan tarif listrik, inflasi pada kelompok harga yang diatur pemerintah juga didorong kenaikan terbatas pada harga bensin pada awal Mei 2017 sebesar Rp100,-/liter dan kelangkaan elpipji 3 kg.?

        Untuk kelompok pangan (volatile food/VF) pada bulan Mei 2017 tercatat mengalami Inflasi bulanan sebesar 1,36% (mtm), jauh lebih tinggi dibandingkan bulan April yang mengalami deflasi sebesar -1,04%. Secara tahunan inflasi kelompok ini juga meningkat dari 3,39% (yoy) pada April menjadi 4,26% (yoy) pada Mei.?

        "Momen bulan Ramadhan merupakan penyebab utama kenaikan inflasi pada bulan Mei sehingga terdapat peningkatan permintaan khususnya pangan,"imbuhnya

        Menurutnya, komoditas bawang putih, telur ayam ras dan daging ayam ras merupakan penyumbang inflasi yang paling tinggi, hal ini disebabkan oleh pasokan bawang putih yang yang langka akibat masa panen di China yang terhambat, sedangkan untuk komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras, peningkatan harga disebabkan oleh pemberhentian impor pakan jagung sehingga biaya pakan untuk ayam ras meningkat.

        Selanjutnya, berdasarkan kota perhitungan inflasi, seluruh kota perhitungan mengalami inflasi pada bulan Mei 2017. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Cirebon (0,64%, mtm) di mana penyumbang inflasi terbesar adalah telur ayam ras dengan andil inflasi bulanan sebesar 0,14%. Sementara itu, inflasi terendah terjadi di Kota Bekasi (0,27%) terutama didorong oleh menurunnya harga bawang merah dan cabai rawit.?

        Sementara secara tahunan, inflasi tertinggi terjadi di Kota Bogor sebesar 4,97% (yoy) dan terendah di Kota Cirebon sebesar 3.68% (yoy).

        Pada bulan Mei 2017, tekanan inflasi diperkirakan masih terkendali seiring dengan masih terjaganya pasokan komoditas pangan selama musim panen raya. Namun, perlu diwaspadai adanya kenaikan harga pangan karena adanya momen bulan Ramadhan, khususnya untuk komoditas bawang putih, telur ayam ras dan daging ayam ras.?

        Selain itu, perlu diwaspadai potensi dampak lanjutan dari kenaikan tarif listrik tahap ketiga bagi kelompok pelanggan pasca bayar golongan 900VA.

        "Ke depan, Tim Pengendali Inflasi Daerah yang tergabung dalam Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi (FKPI) Jawa Barat beserta TPID 27 Kabupaten/Kota akan terus meningkatkan koordinasi dalam rangka menjaga stabilitas pasokan kebutuhan pangan di Jawa Barat khususnya karena terdapat momentum Ramadhan dan Lebaran yang berlangsung pada bulan Juni 2017,"pungkasnya.?

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Saepulloh
        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: