Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengatakan pemerintah daerah dan pusat jangan menyeragamkan sumber pertumbuhan ekonomi dan mengurangi eksploitasi bahan mentah tanpa nilai tambah.
"Secara makro, Indonesia tidak terkena 'resource curse' (kutukan melimpahnya kekayaan alam). Tapi di daerah-daerah, perlambatan ekonomi terjadi. Di sini 'resource curse' terjadi termasuk di Kalimantan Timur," kata Dody di Balikpapan, Kamis (13/7/2017)
Kutukan yang dimaksud Dody adalah akibat melimpahnya kekayaan alam itu terjadi ketika otoritas di daerah tersebut hanya mengandalkan pertumbuhan ekonomi dari sumber daya alam mentah, tanpa industrialisasi untuk menghasilkan barang bernilai tambah.?Ketika harga sumber daya alam mentah anjlok di pasar global, maka kegiatan ekonomi di daerah tersebut langsung tergerus. Akibat hal itu yang paling dirugikan adalah masyarakat bepenghasilan menengah ke bawah, karena pendapatan dan konsumsi mereka langsung tertekan.
Dody mengatakan beberapa provinsi di Indonesia terjebak dalam paradoks kekayaan alam tersebut. Alhasil pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) beberapa provinsi di Pulau Kalimantan, Sulawesi dan Papua, lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional.
"Kalimantan Timur menjadi salah satu provinsi yang lambat dalam diversifikasi dan konstelasi pertumbuhan ekonomi," ujar dia.
Sebagai gambaran, di Kaltim, saat harga komoditas di pasar global menurun pada 2013-2015, ekonomi Kaltim juga lesu. Pada triwulan I-2016, pertumbuhan ekonomi Kaltim tumbuh negatif 0,5 persen (yoy). Pada triwulan I-2017, ketika harga komoditas mulai pulih, ekonomi Kaltim akhirnya tumbuh 3,9 persen (yoy) Lambatnya diversifikasi sumber pertumbuhan ekonomi di Kaltim, kata Dody, tercermin dari minimnya infrastruktur untuk energi dan juga pariwisata. Padahal, kata Dody, sumber energi di Kaltim melimpah. (ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat