Dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2020, Indonesia Re berkomitmen untuk meningkatkan daya saing industri reasuransi nasional dengan membangun kemitraan strategis dengan berbagai instansi nasional.
Sesuai Paket Kebijakan Ekonomi tahun 2015 dan PP No.77 tahun 2015, pemerintah merevitalisasi industri reasuransi nasional dengan menggabungkan dua perusahaan reasuransi, PT Reasuransi Internasional Indonesia (ReINDO) dan PT Reasuransi Indonesia Utama (Indonesia Re) dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing reasuransi nasional dan menekan laju arus premi reasuransi ke luar negeri.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, premi reasuransi yang lari ke luar negeri pada 2015 mencapai lebih dari Rp 35 triliun. Hal ini berpotensi menjadi beban defisit transaksi berjalan dan hilangnya penerimaan pajak hingga triliunan rupiah. Pascapemberlakuan SE KE IKNB 77/2014 dan POJK 14/2015 laju premi reasuransi ke luar negeri berhasil ditekan secara signifikan, dari US$1,03 miliar (2013) menjadi US$689 Juta (2016) turun sebesar 341 juta dolar atau Rp4,5 triliun, dimana Indonesia Re turut berkontribusi menahan premi reasuransi sebesar Rp2 Triliun.
Mengingat pentingya peran sektor reasuransi bagi perekonomian nasional, Indonesia Re berkomitmen untuk terus meningkatkankapasitas dan kemampuan sebagai Perusahaan Reasuransi Nasional (PRN). Salah satunya adalah dengan membangunkemitraan multi-sektor yang strategis.
Bertempat di The Westin Jakarta, Rabu (19/7/2017), Indonesia Re menandatangani MoU kerja sama dengan tujuh instansi multi-sektor, yaitu Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika(BMKG), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Institut Teknologi Bandung (ITB), UniversitasIndonesia (UI), Biro Klasifikasi Indonesia (BKI),PersatuanAktuaris Indonesia (PAI), dan PT Reasuransi Maipark Indonesia.
Dalam sambutannya Direktur Utama Indonesia Re, Frans Y. Sahusilawane menyatakan bahwa kerja sama ini merupakan dasar untuk meningkatkan daya saing reasuransi nasional dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean 2020.?
"Sektor reasuransi Indonesia membutuhkan suatu bentuk aliansi strategisguna meningkatkan daya saing di tingkat regional dan Indonesia Re siap jadi jangkar dari kemitraan multisektor ini," ujarnya, di Jakarta, Rabu (19/7/2017).
Tak hanya sampai pada kemitraan, keterlibatan teknologi di sektor reasuransi juga sangat penting, mengingat pesatnya perkembangan zaman yang melahirkan inovasi disruptif yang terbukti telah melindas begitu banyak perusahaan yang tidakdapat beradaptasi terhadap perkembangan zaman.?
"Kita harus adaptif dengan perubahan zaman bila tidak ingin jadi korban inovasi disruptif tersebut," tukasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Rizka Kasila Ariyanthi