Sebuah draf pernyataan yang dikeluarkan setelah KTT Asia Tenggara tidak menyebutkan eksodus Muslim Rohingya dari negara bagian Rakhine Myanmar setelah sebuah tindakan keras militer yang telah dideskripsikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai sebuah ?pembersihan etnis?.
Satu paragraf dari pengumuman resmi yang dilihat oleh Reuters pada hari Senin (13/11/2017), menyebutkan pentingnya bantuan kemanusiaan yang diberikan kepada korban bencana alam di Vietnam dan sebuah pertempuran perkotaan baru-baru ini dengan militan ISIS di Filipina, dan juga "komunitas yang terkena dampak" di negara bagian Rakhine utara.
Pernyataan tersebut dibuat oleh Filipina, ketua saat ini dari 10 anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang mencakup Myanmar dimana para pemimpinnya bertemu untuk sebuah sidang di Manila pada hari Senin (13/11/2017).
Rancangan tersebut tidak memberikan rincian situasi di Rakhine utara atau menggunakan istilah Rohingya untuk minoritas Muslim yang teraniaya, yang oleh pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi telah meminta agar para pemimpin ASEAN lainnya untuk menghindari wilayah tersebut
Pemerintah di sebagian besar umat Budha Myanmar menganggap Rohingya sebagai migran ilegal dari Bangladesh dan tidak mengakui istilah tersebut, sebagaimana dikutip dari Reuters, (13/11/2017).
Lebih dari 600.000 orang Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh untuk mencari perlindungan di kamp-kamp pengungsian setelah operasi pembersihan militer diluncurkan untuk menanggapi serangan militan Rohingya di pos keamanan pada 25 Agustus.
Situasi buruk Rohingya telah membawa kemarahan dari seluruh dunia dan telah ada seruan agar peraih nobel perdamaian Suu Kyi dilucuti dari hadiah perdamaian Nobel yang dimenanginya pada tahun 1991 karena dia tidak mengecam tindakan militer Myanmar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo