Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Minyak Dunia Turun Tertekan Permintaan Suram

        Minyak Dunia Turun Tertekan Permintaan Suram Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
        Warta Ekonomi, New York -

        Harga minyak dunia berakhir lebih rendah pada Rabu (15/11/2017) pagi WIB, setelah sebuah laporan menunjukkan bahwa permintaan global turun sehingga menimbulkan kekhawatiran.

        Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember, turun 1,06 dolar AS menjadi menetap di 55,70 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

        Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Januari, turun 0,95 dolar AS menjadi ditutup pada 62,21 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

        Dalam Laporan Pasar Minyak (Oil Market Report) yang dirilis pada Selasa (14/11), Badan Energi Internasional (IEA) memangkas proyeksi permintaan minyaknya sebesar 100.000 barel per hari (bph) untuk 2017 dan 2018, menjadi sekitar 1,5 juta barel per hari pada 2017 dan 1,3 juta barel per hari pada 2018.

        Lembaga tersebut mengatakan harga yang lebih tinggi dan temperatur awal musim dingin yang relatif ringan, berkontribusi terhadap revisi turun pada perkiraan permintaan global.

        Para analis mengatakan prospek permintaan suram dikombinasikan dengan meningkatnya produksi minyak Amerika Serikat memperbaharui kekhawatiran investor tentang kelebihan pasokan global yang terus berlanjut.

        Pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), harga minyak global berakhir beragam, karena tekanan geopolitik di Timur Tengah mengimbangi peningkatan produksi Amerika Serikat.

        Kekhawatiran regional di Timur Tengah termasuk perang di Yaman dan meningkatnya ketegangan antara Arab Saudi dan Iran, telah mendorong kenaikan harga minyak mentah.

        Para analis mengatakan investor percaya bahwa ketegangan geopolitik di Timur Tengah akan mengganggu produksi minyak di kawasan tersebut, sehingga mengimbangi kenaikan produksi minyak AS.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: