Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) hingga akhir tahun ini diprediksi bakal mengalami defisit hingga Rp9 triliun. Hal ini merupakan imbas dari tidak sejalannya biaya klaim yang dikeluarkan dengan pendapatan premi yang diperoleh.?
Direktur Keuangan dan Investasi BPJS Kesehatan Kemal Imam Santoso mengatakan perseroan memiliki 6 opsi untuk mengurangi defisit neraca keuangan perusahaan. Salah satu strateginya adalah dengan menggandeng lembaga perbankan untuk memberikan fasilitas pinjaman kepada mitra BPJS untuk menjaga cashflow mitra tersebut.?
"Jadi, apabila faskes ingin mendapatkan dana dari perbankan, kami memberikan konfirmasi dari tagihan tersebut," katanya di Jakarta, Rabu (22/11/2017).
Lebih lanjut dirinya mengatakan, di samping itu juga ada bauran strategi yang harus diperbaiki. Di antaranya adalah memenuhi seluruh channel pembayaran. Kemudian, dari sisi klaim juga diperbaiki untuk meminimakan klaim yang tidak efisien.
Sementara itu, dari level pusat, pemerintah juga tengah melakukan kajian untuk membahas kemungkinan menggunakan pajak rokok untuk anggaran BPJS Kesehatan. Sebagai catatan, selain BPD BJB, BPJS Kesehatan juga telah menjalin kerja sama dengan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Bukopin Tbk (BBKP), dan PT Bank Permata Tbk (BNLI).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gito Adiputro Wiratno
Editor: Fauziah Nurul Hidayah