Baru dua tahun ini, Yitno Pribadi, seorang pengrajin kulit kerang asal Desa Sumber Beras, Banyuwangi, Jawa Timur, ini memutuskan pulang kampung dengan misi memperluas workshop Husna Art yang sebelumnya sebuah kandang sapi serta membantu perekonomian para tetangganya.
Yitno merintis usahanya saat Ia tinggal di Ubud, Bali pada tahun 2004. Saat itu adalah pegawai hotel. ?Sudah 20 tahun capek kerja di perhotelan, pingin punya usaha sendiri,? ujar Yitno.
Dengan bermodal kulit kerang dan cangkang telur, Yitno memasarkan lampu hias hasil karyanya dari mulut ke mulut yang dibandrol mulai dari Rp50.000 hingga Rp1,5 juta. Peminat kreasi Yitno tidak hanya berasal dari dalam negeri, tapi ada juga yang berasal dari luar negeri. Di luar negeri, kreasi yang ramah lingkungan tersebut banyak diminati oleh Jerman, Australia, dan Jepang.?
Selain itu ada yang lebih mencengangkan lagi dari karya anak bangsa ini. Lampu?hias merek Paul Neuhaus asal Jerman ternyata besutan Yitno yang dibuat di Banyuwangi.
Setiap hari, Yitno dapat menghasilkan 150 produk kerajinan hiasan lampu dari kerang dengan omset per bulan Rp100 juta. Rerata tiap bulan satu kontainer khusus ekspor ke luar negeri.
Ia menceritakan kesuksesan bisnisnya tidak luput dari peran PT Permodalan Nasional Madani (PNM). PNM memberikan modal melalui program pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Ulamm), Ia mendapat pinjaman modal pertama Rp200 juta dengan lama kredit tiga tahun dan bunga sekitar 1,2%.
Yitno mengaku selain bantuan modal, ia juga mendapat pelayanan customer care dari PNM. ?Beda dengan bank, yang setelah dananya cair langsung ditinggal. Kalau di PNM saya mendapat pendampingan,? katanya lagi.
Setiap minggu, ia selalu dikunjungi oleh Account Officer Micro (AOM) Ulamm yang menanyakan perkembangan bisnis. Itulah?salah satu pendampingan yang dilakukan oleh PNM. Saat kunjungan tersebut, ia bisa berdialog, konsultasi, atau hanya sekadar bersilaturahmi.?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Vicky Fadil
Editor: Ratih Rahayu